DENPASAR – Dunianewsbali.com, Gangguan distribusi Pertamax di wilayah Badung dan Denpasar pada 15–16 November 2025 membuka kembali sorotan terhadap pentingnya ketahanan stok BBM di Bali, terutama menjelang periode arus liburan. Kelangkaan singkat ini menimbulkan antrean di sejumlah SPBU dan menunjukkan rapuhnya rantai suplai ketika cuaca dan logistik terganggu.
Anggota Komisi VI DPR RI, I Gusti Ngurah Kesuma Kelakan (Alit Kelakan), menyatakan bahwa pemantauan telah dilakukan sejak jauh hari bersama Pertamina untuk memastikan akar persoalan. Distribusi harian yang biasanya mencapai 1.024 KL turun menjadi sekitar 980 KL.

“Setelah dicek semuanya bersama Pertamina, termasuk pak Haji dengan Dirut Pertamina yang ada di Bali akhirnya ketemu akar permasalahannya,” kata Alit Kelakan.
Akar Masalah: Stok Kritis & Ketergantungan Logistik
Stok di Terminal Fuel Sanggaran ternyata sempat berada pada level kritis, sehingga dilakukan alih suplai dari IT Manggis. Namun jarak 46,3 km serta keterbatasan armada membuat suplai tidak optimal.
“Alih supply di IT Manggis tidak berjalan optimal dikarenakan jarak Manggis yang cukup jauh, 46,3 km dan ketersediaan armada mobil tangki yang terbatas,” bebernya.
Disisi lain, cuaca buruk kembali menjadi faktor penghambat, menyebabkan kapal pengangkut BBM dari Surabaya terlambat tiba. Padahal, menurut Alit Kelakan, stok ideal Sanggaran semestinya mencapai minimal dua tangki penuh atau sekitar 6.000 KL.
“Itu cuma terlambat 1-2 hari sebenarnya cukup terpenuhi. Itu kita cek nanti apa penyebabnya,” ujarnya.
Evaluasi Infrastruktur Suplai Dinilai Mendesak
Gangguan singkat ini memunculkan perdebatan mengenai kesiapan infrastruktur energi Bali. Ketergantungan pada suplai antardaerah dan kondisi cuaca dinilai terlalu riskan untuk wilayah dengan intensitas pariwisata dan mobilitas tinggi.
Alit Kelakan menyebutkan masih ada kekurangan 15 mobil tangki baru, empat diantaranya dijadwalkan tiba Desember 2025. Ia juga akan berkoordinasi untuk menambah kuota suplai menghadapi periode Natal dan Tahun Baru.
“Jika sudah ngerti faktor cuaca kita bisa cek dari BMKG, selanjutnya bisa kita atur armada dan stoknya kita tambah,” tuturnya.
Ia menegaskan bahwa kelangkaan BBM sehari saja dapat menimbulkan dampak ekonomi besar, terutama bagi sektor UMKM.
Pertamina Perkuat Suplai Harian
SAM Bali, Endo Eko Satriyo, memastikan kuota nasional BBM nonsubsidi seperti Pertamax tidak diatur pemerintah, sementara kuota subsidi untuk Biosolar dan Pertalite masih aman hingga akhir 2025.
“Itu tidak ada masalah, masih ada kuotanya dan tahun 2025 cukup terpenuhi,” ujarnya.
Untuk menghindari pengulangan krisis suplai, Pertamina langsung meningkatkan suplai harian dari 1.024 KL menjadi 1.561 KL, sehingga naik 52 persen.
“Hari Rabu kemarin sudah normal dengan adanya penambahan pengiriman BBM seperti itu,” tambahnya.
Cuaca Masih Jadi Tantangan Utama
Pihak FTM Sanggaran kembali menegaskan bahwa faktor cuaca tetap menjadi ancaman bagi ketepatan suplai.
“Kemarin kendalanya di faktor cuaca, sehingga terjadi keterlambatan datangnya BBM ke tempat kami,” kata Muhammad Riduansyah.
Pertamina menargetkan pasokan kembali sepenuhnya stabil menjelang liburan Nataru, dengan pengawasan distribusi yang ditingkatkan. (red).








