Beranda Berita Bali Perkuat Ketahanan Pangan dengan Luncurkan Sapatani dan Fitur Baru SiGapura

Bali Perkuat Ketahanan Pangan dengan Luncurkan Sapatani dan Fitur Baru SiGapura

0

Denpasar – Sebagai upaya konkret mendukung transformasi ekonomi hijau Bali (Jalur Transformasi Ekonomi Kerthi Bali), Pemerintah Provinsi Bali bersama tiga lembaga penelitian meluncurkan inisiatif “Solusi Digital untuk Memajukan Tata Kelola Rantai Pasok Beras di Bali”. Inisiatif ini diwujudkan melalui peluncuran aplikasi Sapatani dan pengumuman fitur terbaru platform SiGapura dalam acara yang berlangsung di Hotel Aston Denpasar, Selasa (11/11/2025).

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, Dr. I Wayan Sunada, SP., MAgb, menyambut baik kolaborasi ini. “Bali menargetkan kedaulatan pangan organik pada 2028. Kehadiran solusi digital seperti Sapatani dan fitur baru SiGapura membuat visi ini semakin nyata melalui pertanian yang lebih tangguh, inklusif, dan berkelanjutan,” ujarnya.

Kolaborasi antara Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, World Resources Institute (WRI) Indonesia, Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation (CSIRO) dan Universitas Udayana ini menghasilkan dua terobosan digital. SiGapura kini memiliki fitur baru dengan tampilan lebih interaktif, integrasi data spasial, dan penyajian informasi real-time. Sementara Sapatani hadir sebagai asisten pintar berbasis WhatsApp yang dirancang khusus untuk menjawab kebutuhan petani.

“Platform ini didesain untuk integrasi informasi, termasuk dengan sistem SiGapura. Ke depan akan dikoordinasikan dengan Dinas Kominfo dan diharapkan terhubung dengan data real-time BIR. Setelah pengembangan selesai, platform akan diserahterimakan kepada Pemerintah Bali,” jelas Tomi Haryadi, Director for Food, Land, and Water Program WRI Indonesia.

Prof Dr. Ir. Ni Luh Kartini, peneliti dari Universitas Udayana, yang terlibat langsung dalam penelitian lapangan, mengungkapkan bahwa sistem pertanian organik terbukti memberikan hasil tertinggi baik dari sisi produksi maupun kesuburan tanah. Menghadapi tantangan penyusutan lahan, ia merekomendasikan sistem pertanian terpadu yang mengintegrasikan berbagai komoditas seperti sapi, biogas, dan ikan, yang terbukti mampu meningkatkan hasil hingga 400-500 persen.

Baca juga:  Bom Waktu Sampah, DPRD Badung Peringatkan Pemrov Bali Tunda Penutupan TPA Suwung

“Respons petani terhadap solusi digital sangat positif. Mereka kini bisa berkomunikasi dan berbagi informasi, misalnya tentang penanganan hama atau perbandingan hasil panen antar-subak,” tambah Dr. Widhianthini.

Acara ini juga dimeriahkan dengan penandatanganan kerja sama antara WRI Indonesia dan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali untuk penyusunan strategi sektor pertanian mendukung kebijakan Bali Emisi Nol Bersih 2045. Kerja sama ini mencakup kajian rantai nilai komoditas padi, pengembangan solusi digital, dan pengembangan kapasitas para pemangku kepentingan.

Inisiatif ini didukung penuh oleh program KONEKSI dari pemerintah Australia yang fokus pada kemitraan pengetahuan antara Australia dan Indonesia. Kehadiran Sapatani dan penyempurnaan SiGapura diharapkan dapat menjadi tulang punggung dalam memperkuat ketahanan pangan dan memberdayakan petani Bali, selaras dengan prinsip-prinsip Kerthi Bali yang berkelanjutan.(Brv)