KARANGASEM – Rangkaian Karya Baligia Utama Puri Agung Karangasem memasuki puncak prosesi pada hari terakhir, Rabu, (23/07/2025) dengan dilaksanakannya Upacara Nganyut ke Segara Ujung. Prosesi sakral ini menjadi momen penutup dari serangkaian upacara yang digelar selama tiga hari, mengantarkan para Pitara (leluhur yang disucikan) menuju alam Siwa Loka (keabadian).
Sebelum prosesi Nganyut, rangkaian upacara diawali dengan Ngeliwet pada tengah malam. Ritual ini merupakan simbol pemberian bekal terakhir bagi para Pitara sebelum menuju alam nirwana.
Penglingsir dan Manggala Puri Agung Karangasem, Anak Agung Bagus Parta Wijaya, menjelaskan bahwa sarana Ngeliwet terdiri dari beras yang ditumbuk 11 kali, kemudian diolah menjadi bubur suci. Proses pengadukannya melibatkan benang dan uang kepeng bolong, yang melambangkan perlindungan dan kemakmuran.
“Bubur ini juga dicampur dengan empehan (air susu) lembu putih dan daging warak, sebagai simbol kesucian dan kekuatan spiritual bekal perjalanan Pitara,” ujar Parta Wijaya.
Setelah dipersembahkan kepada Ida Sulinggih (Pendeta Pemuput Karya), bubur suci tersebut dibagikan kepada 104 Puspa (simbolis arwah leluhur) yang berstana di Bale Piyadnyan.
Prosesi dilanjutkan dengan Ngeseng Puspa, di mana abu hasil pembakaran Puspa dibungkus dengan kain kasa putih untuk kemudian dilarung ke laut.
“Ini berbeda dengan Ngereka, karena yang dibawa hanyalah debu halus, tanpa tulang atau sisa fisik lainnya. Ini melambangkan pelepasan sepenuhnya menuju alam keabadian,” jelas Parta Wijaya.
Puncak acara berlangsung di Pantai Ujung, di mana seluruh Artawingka (perangkat upacara seperti Padma, Bukur, Naga, Empas, dan Angsa) yang telah digunakan dilebur ke laut. Prosesi ini dipimpin oleh Ida Betara Lingga, simbol penuntun para Pitara menuju alam dewata.
“Bukur Ida Betara Lingga menjadi ciri khas upacara ini, sebagai penghormatan terakhir kepada Ida Anak Agung Anglurah Ketut Karangasem, Raja terakhir Karangasem,” tambahnya.
Karya Baligia Utama bukan sekadar upacara, melainkan proses penyucian jiwa leluhur untuk naik tingkat menjadi Dewa Pitara. Setelah upacara, mereka akan distanakan di Merajan (tempat pemujaan keluarga) masing-masing, khususnya di Rong Tiga, untuk terus disembah oleh keturunan.
“Ini adalah puncak bakti keluarga besar Puri Agung Karangasem kepada leluhur, sekaligus doa agar mereka mencapai kedamaian abadi,” tutup Parta Wijaya. (Tim)