Beranda Berita Gubernur Koster Serukan Revitalisasi Ekonomi dan Ekologi Pesisir Lewat Jaladhi Vistara

Gubernur Koster Serukan Revitalisasi Ekonomi dan Ekologi Pesisir Lewat Jaladhi Vistara

0
Gubernur Bali I Wayan Koster bersama peserta dan masyarakat Desa Bondalem menghadiri pembukaan Festival Bahari “Jaladhi Vistara” di pesisir Bondalem, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng, Sabtu (25/10/2025).

SINGARAJA – Dunianewsbali.com, Desa Bondalem di Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng, menjadi saksi lahirnya semangat baru dalam konservasi laut melalui Festival Bahari Jaladhi Vistara, yang resmi dibuka oleh Gubernur Bali I Wayan Koster, Sabtu (25/10).

Festival yang diselenggarakan bertepatan dengan Tumpek Wariga ini bukan sekadar perayaan, melainkan bentuk penghormatan terhadap alam dan kehidupan. Momentum tersebut menjadi simbol spiritual menjaga keseimbangan antara manusia dan lingkungan. Seperti tumbuhan yang menghasilkan oksigen di daratan, laut pun menjadi paru-paru bumi dengan menyumbang sekitar 50 persen oksigen di atmosfer.

Dalam sambutannya, Gubernur Koster menegaskan bahwa masa depan Bali harus berpijak pada sinergi antara ekonomi dan ekologi pesisir.

Ia mengajak seluruh pemangku kebijakan di tingkat provinsi dan kabupaten untuk duduk bersama merumuskan langkah konkret dalam revitalisasi wilayah pesisir.

“Pembangunan ekonomi kelautan mesti dipermudah, terutama dalam produksi dan distribusi hasil laut seperti ikan dan garam,” tegasnya.

Koster menilai, pengembangan sektor ini merupakan bagian penting dari ekonomi biru yang berkelanjutan.

Sejak tahun 2007, komunitas Bondalem telah melakukan penenggelaman sekitar 5.600 substrat buatan — mulai dari patung Buddha hingga fish dome — guna menciptakan habitat baru bagi biota laut. Tahun ini, sebagai pembuka festival, masyarakat kembali menenggelamkan 36 substrat tambahan selama dua hari di kawasan perairan setempat.

Festival dibuka dengan pertunjukan kolaboratif bertajuk “Tira Aratula”, yang menyatukan ritus pesisir, kesadaran ekologis, dan seni pertunjukan. Gerakan para performer menyerupai hewan laut, mengalir seirama angin, ombak, dan musik, sementara para perupa melukis simbol-simbol alam sebagai ekspresi doa.

Pertunjukan ini digarap oleh kolaborasi seniman Ngurah Sudibia, Azizah Tanjung, Ketut Sumerjana, dan Sujana Suklu, menghadirkan ajakan untuk menyatu dengan alam dalam harmoni estetika dan spiritual.

Baca juga:  Mulia - PAS Hadiri Sosialisasi Pasangan Calon Walkot Denpasar

Musisi Ketut Sumerjana menampilkan musik berbasis vibrasi hayati, yang dipercaya mampu menarik biota laut dan menyeimbangkan frekuensi ekosistem di sekitarnya.

Bali dikenal memiliki 1.125 jenis ikan karang dan lebih dari 400 spesies terumbu, yang membentuk jaringan ekosistem laut yang kompleks.

Menurut Ngurah Paramartha, penggagas festival, kekuatan konservasi di Bondalem terletak pada inisiatif dan ketekunan masyarakat desa.

Dalam kesempatan itu, ia juga meluncurkan Gerakan Literasi Maritim, gerakan yang menghubungkan sejarah, budaya, dan pengetahuan ekologi di kawasan pesisir Bali Utara.

Sementara itu, Kontes Fotografi Bawah Laut turut digelar dengan melibatkan 38 fotografer dari berbagai daerah, yang menampilkan dokumentasi pemulihan terumbu karang Bondalem.

Ketut Sarjana Putra, anggota Advisory Council of Oceanic Society dengan pengalaman 45 tahun di bidang konservasi, menegaskan bahwa literasi harus disertai aksi nyata.

“Kita tak boleh mengulang masa suram abrasi pantai. Bondalem pernah kehilangan 50 meter garis pantainya. Merestorasi terumbu karang berarti menjaga keberlangsungan hidup pulau,” ujarnya.

Hal senada disampaikan oleh Georgia Lennox, kandidat PhD dari Murdoch University, yang memuji kesadaran komunitas Bondalem.

“Kekuatan restorasi di sini justru terletak pada inisiatif warga dan konsistensi mereka dalam memantau perkembangan laut,” ungkapnya.

Sementara Kadek Fendi Wirawan, kandidat PhD dari Universitas Diponegoro, menambahkan bahwa kondisi arus muara di Bondalem dan Tejakula membuat tingkat adaptasi serta regenerasi terumbu karang cukup tinggi berkat stabilitas salinitas dan rendahnya toksisitas alami.

Paramartha menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam menjaga keberlanjutan laut.

“Sinergi antara masyarakat, pemerintah, akademisi, media, dan lembaga swadaya masyarakat menjadi fondasi utama bagi masa depan konservasi,” katanya.

Ia juga mengingatkan bahwa Bali sering terlalu sibuk “melayani dunia luar”, hingga lupa memperhatikan dirinya sendiri.

Baca juga:  Tinjau Korban Banjir, Presiden Prabowo Janjikan Pemulihan Cepat untuk Warga Bali

Festival Jaladhi Vistara menjadi ruang belajar bersama, tempat seni, ilmu pengetahuan, dan spiritualitas bertemu dalam satu gerakan pelestarian.

Seperti diungkap Ketut Sarjana Putra, substrat dan fish dome bukan hanya simbol teknis konservasi, tetapi juga simbol harapan ekonomi bagi masyarakat pesisir.

Dengan semangat restorasi dan literasi maritim, Bondalem kini menjadi teladan gerakan pelestarian laut Indonesia — tempat laut, manusia, dan budaya kembali bernafas dalam satu napas yang sama. (red/ich)