Beranda Berita Influencer Rusia “Mr. Terimakasih” Diculik dan Disiksa di Bali, Sindikat Bersenjata Minta...

Influencer Rusia “Mr. Terimakasih” Diculik dan Disiksa di Bali, Sindikat Bersenjata Minta Tebusan 1 Juta Dolar

0
Korban penculikan dan pemerasan bersenjata di Bali saat memberi keterangan kepada media, Selasa (21/10/2025). (dok. istimewa)

DENPASAR – Dunianewsbali.com, Seorang influencer asal Rusia, Sergeii Domogatsky yang dikenal luas di media sosial dengan nama Mr. Terimakasih, menjadi korban penculikan, pemerasan, dan penyiksaan oleh kelompok bersenjata di Bali. Insiden mengejutkan ini terjadi dua hari lalu saat Sergeii tengah mengendarai sepeda motor pada malam hari.

Menurut pengakuannya, tiba-tiba sebuah mobil Alphard hitam menghadang di jalan. Dua pria berpakaian menyerupai polisi menyeretnya masuk ke dalam mobil tersebut.

“Saya dibawa ke sebuah rumah di daerah Bukit. Di sana saya dipukuli dan disetrum dengan stun gun. Mereka menutup kepala saya dengan kantong dan mencekik saya. Itu berlangsung sekitar tiga jam,” ujar Sergeii kepada sejumlah media, Selasa (21/10/2025).

Lebih lanjut, ia mengaku para pelaku menaruh pistol dan paket berisi bubuk tak dikenal di tangannya, lalu memaksanya mentransfer uang sebesar 1 juta dolar AS, dengan ancaman akan dijebloskan ke penjara jika tidak menuruti.

“Tiga orang warga Rusia lainnya datang. Mereka memukuli, mencekik, dan menyiksa saya menggunakan listrik. Saya diancam akan dibunuh, padahal saya sudah berulang kali bilang tidak punya uang,” ungkapnya.

Usai mengalami kekerasan, korban dibuang di area ladang dekat Hotel Kempinski. Setelah berhasil menyelamatkan diri, ia melapor ke Polda Bali dengan nomor laporan STTLP/732/X/2025/SPKT/POLDA BALI, tertanggal 19 Oktober 2025.

“Kelompok ini sudah lama beraksi di Bali. Lebih dari 20 orang telah menjadi korban,” tegas Sergeii.

Dalam setahun terakhir, beberapa warga negara asing (WNA) juga melaporkan kasus penculikan, pemerasan, dan penyiksaan dengan modus serupa. Para pelaku biasanya menyamar sebagai aparat penegak hukum lengkap dengan seragam, senjata api, borgol, serta dokumen palsu untuk meyakinkan korban.

Berikut beberapa kasus dengan pola yang sama:

Baca juga:  Klaim Tanah Vs Hak Warga: Konflik di Balik Wacana Penutupan Jalan di Sisi Selatan GWK

1. Canggu (14 Juli 2025)

Pasangan WNA asal Rusia dan Kazakhstan diserang di vila, diikat, disiksa, dan dipaksa membuka crypto wallet, dengan kerugian mencapai USD 736.000 (sekitar Rp12 miliar).

2. Jimbaran (9 Juli 2025)

Empat pelaku, dua di antaranya berseragam Imigrasi, menodong pistol dan memeras WNA asal Rusia dengan tuntutan tebusan USD 150.000 (sekitar Rp2,4 miliar).

3. Mengwi (27 Juni 2025)

WNA perempuan asal Ukraina dipukul, diikat, dan dipaksa mentransfer aset crypto senilai USD 30.000 (sekitar Rp500 juta) di bawah ancaman senjata tajam.

4. Ungasan–Ubud (15 Desember 2024)

Dua WNA asal Rusia disergap, disiksa, dan kehilangan aset crypto senilai USD 214.000 (sekitar Rp3,5 miliar).

5. Jimbaran (25 November 2024)

WNA Rusia, Gleb Vedovin, diculik dan disiksa oleh kelompok berseragam hitam, dipaksa menyerahkan aset crypto senilai USD 200.000 (sekitar Rp3,3 miliar).

Berdasarkan kesaksian sejumlah korban, para pelaku menggunakan beragam bahasa seperti Rusia, Ukraina, Chechnya, Arab, dan Indonesia. Hal ini mengindikasikan adanya sindikat kriminal internasional dengan jaringan lintas negara.

Mereka menargetkan turis, investor, pemilik vila mewah, hingga pelaku industri crypto. Diduga terjadi kebocoran data pribadi, termasuk alamat vila dan informasi keuangan korban, yang kemudian dimanfaatkan untuk melancarkan aksi kejahatan.

Rangkaian kasus ini menimbulkan kekhawatiran serius terhadap keamanan warga asing dan iklim investasi di Bali. Pulau yang selama ini dikenal aman bagi wisatawan dunia kini menghadapi ancaman sindikat bersenjata yang terorganisir.

Tanpa langkah hukum yang tegas dan transparan, kepercayaan internasional terhadap sistem hukum Indonesia berpotensi menurun, sekaligus mengganggu stabilitas investasi di sektor pariwisata dan properti.

Kasus yang menimpa Sergeii Domogatsky memperlihatkan ancaman nyata jaringan kriminal lintas negara di Bali. Publik pun mendesak aparat dan pemerintah melakukan investigasi menyeluruh untuk membongkar jaringan pelaku, menelusuri aliran dana hasil kejahatan, serta memastikan Bali kembali aman dan terbebas dari jeratan mafia internasional.(red/tim)

Baca juga:  Pansus TRAP DPRD Bali Turun Tangan Sengketa Tanah Adat dan Akses Pura di Jimbaran