DENPASAR – APVA (Afiliasi Penukaran Valuta Asing) Bali dan komunitas Boardriders Bali donasikan sejumlah bantuan berupa paket sembako dan alat sanitasi lain kepada korban banjir di Banjar Kajeng, Suwung Kawuh Denpasar Selatan, Kamis (18/9/2025).
APVA Bali yang diketuai oleh Hj. Ayu Astuti Dhama, SE. Merasa terpanggil untuk membantu dan peduli sesama. Dirinya menyatakan bahwa rasa kemanusiaanlah yang mendorong mereka untuk segera bertindak.
“Kami merasa terpanggil untuk membantu dan peduli sesama. Untuk itu, penggalangan donasi kami lakukan secara internal. Besok, rencananya kami akan melanjutkan bantuan ke lokasi Tohpati, Kesiman,” ujarnya dengan nada lembut namun tegas.
Ia juga berpesan agar semua pihak melakukan introspeksi dan tidak saling menyalahkan.

Bantuan sandang juga datang dari komunitas Boardriders Bali yang menghimpun merek-merek ternama seperti Billabong, Quicksilver, RVC, Roxy, DC dan beberapa merk lainnya.
Hiralalitya, HR Manager Boardriders, menuturkan bahwa bantuan ini diberikan dengan tulus.

“Kami memberikan sekitar 1000 kaus sebagai pakaian pengganti. Setelah berjibaku dengan banjir, tentu pakaian mereka lusuh dan kotor. Banyak juga staff dan karyawan kami yang terdampak, dan perusahaan telah memberikan santunan kepada mereka. Ini adalah bentuk kepedulian kami yang turun langsung ke masyarakat,” jelas Hira.
Lokasi Banjar Kajeng yang berdekatan dengan Tukad Badung (Taman Pancing) dan Pura Tanah Kilap menjadikannya salah satu area yang cukup parah terdampak.
Di tengah aktivitas pembagian bantuan, penasehat APVA Bali, I Made Supatra Karang, menyampaikan pesan yang lebih dalam. Ia mengingatkan pemerintah untuk segera memperbaiki infrastruktur yang rusak dan menormalisasi aliran sungai, sesuai dengan amanat konsep Tri Hita Karana.
“Dengan adanya kejadian ini, diharapkan Bali yang telah menjadi destinasi internasional dan banyak memberikan kontribusi pajak dapat terus dijaga kelestarian dan tata kelolanya. Tanggung jawab utama ada di tangan pemerintah. Jangan abai, dan jangan serta-merta menyalahkan pihak lain,” ujarnya.

Made melanjutkan, banjir ini adalah dampak dari pengabaian terhadap titipan leluhur, Tri Hita Karana, yang mengajarkan keseimbangan hubungan antara manusia dengan Tuhan, sesama, dan lingkungan.
“Yang sering terjadi justru banyak pelanggaran. Oleh karena itu, pengawasan di tingkat lingkungan, seperti oleh Kelian Banjar, harus lebih efektif. Jika mereka peka, pelanggaran sekecil apa pun akan ketahuan. Namun, dukungan dari pemerintah daerah hingga pusat juga mutlak diperlukan, mengingat kontribusi sektor pariwisata dan perusahaan di Bali sangatlah besar,” tegasnya.
Pada akhirnya, kata Made, momentum ini harus menjadi pelajaran bersama untuk menjaga harmoni dalam setiap aspek kehidupan, agar Bali tetap menjadi destinasi pariwisata internasional yang unggul dan berhati manusiawi.(Brv)