Beranda Berita Polemik Penjor Melebar, Tokoh Bali, Putu Suasta Minta PLN Lakukan Pembenahan Total

Polemik Penjor Melebar, Tokoh Bali, Putu Suasta Minta PLN Lakukan Pembenahan Total

0

DENPASAR – Dunianewsbali.com, Pendiri LSM JARRAK dan Yayasan Wisnu, Putu Suasta menegaskan pentingnya pejabat PLN yang bertugas di Bali memahami budaya dan kearifan lokal demi mencegah kegaduhan di tengah masyarakat. Hal ini disampaikan menyusul polemik imbauan penjor yang sempat memicu reaksi publik menjelang Hari Raya Galungan.

“Harapan kedepan mencegah kegaduhan dan banyak hal adat istiadat atau budaya lokal yang harus dihargai. Seyogyanya pemimpin-pemimpin yang di PLN Bali yang memahami budaya lokal/orang lokal,” kata Putu Suasta, Budayawan sekaligus Alumni UGM dan Cornell University, di Denpasar, Kamis, 20 November 2025.

Ia menilai, pemimpin PLN yang bertugas di Bali harus lebih prudent dan bijaksana dalam berkomunikasi dengan masyarakat maupun tokoh adat agar tercipta hubungan yang harmonis. Polemik penjor, menurutnya, menjadi bukti perlunya pembenahan serius pada pola komunikasi perusahaan tersebut.

“Ada baiknya Kementrian BUMN di pusat menempatan atau menunjuk Tim Pengelola PLN di Pulau Dewata dengan pimpinan – pimpinan yang paham kebudayaan Bali atau orang Bali yang senior agar lebih mudah komunikasi, serta tidak terjadi kegaduhan lagi,” tegasnya.

Kegaduhan ini turut disoroti berbagai kalangan, mulai dari akademisi, tokoh masyarakat, hingga politisi. Diantaranya Prof I Gede Sutarya, Gubernur Bali Wayan Koster, Rektor Undhira Prof. Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, Pengamat Budaya Wayan Suyadnya, Ketua Umum Paiketan Krama Bali Dr. Ir. I Wayan Jondra, dan Ketua PHDI I Nyoman Kenak.

Tokoh publik lainnya yang turut merespons termasuk Nyoman Baskara, Dr. Somvir, I Nyoman Oka Antara, Agung Bagus Pratiksa Linggih (Ajus Linggih), serta Ketua Fraksi Golkar DPRD Bali Anak Agung Bagus Tri Candra Arka (Gung Cok).

Suasta juga menyoroti persoalan pemasangan tiang listrik di lahan warga maupun dekat tempat suci yang kerap menimbulkan ketegangan. Ia menilai, PLN Bali perlu melakukan penataan menyeluruh sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan.

Baca juga:  Puri Agung Karangasem Akan Gelar Upacara Baligia Utama, Sukseskan Penyucian Roh Leluhur

Sejumlah kawasan di Bali kini telah bebas dari kabel udara PLN, seperti Pelindo Benoa, ITDC, Tol Bali Mandara, hingga Canggu, yang menjadi contoh baik penataan jaringan listrik di daerah pariwisata.

Dalam kesempatan tersebut, Putu Suasta juga menyampaikan ucapan Selamat Hari Raya Galungan dan Kuningan. Ia mengajak umat Hindu memaknai perayaan suci ini sesuai swadarmanya.

Menurut lontar Purana Bali Dwipa, Galungan pertama kali dirayakan pada tahun 882 Masehi dan sempat terhenti selama 23 tahun sebelum kembali dihidupkan oleh Raja Sri Jayakasunu pada tahun 1126 Saka.

Perayaan Galungan dan Kuningan tahun ini berdekatan dengan Hari Raya Natal dan Tahun Baru 2026, sekaligus berbarengan dengan momentum Kartika Purnama, pada 5 November 2025.

Prof. I Gede Sutarya menambahkan perspektif sejarah bahwa Bali telah merayakan Galungan selama seribu tahun lebih, namun kesejahteraan masyarakat Bali masih menghadapi tantangan besar.

“Jadi, 1.000 tahun sudah kita merayakan kemenangan tetapi sejarah Bali mencatat banyak kekalahan dari Medang, Kediri, Singasari, dan Majapahit,” ujarnya.

Kini, 6 juta wisman datang ke Bali yang tak juga menjadi kemenangan orang-orang Bali, sebab orang-orang Bali lebih banyak menikmati sampahnya, kerusakan lingkungannya, kemerosotan budayanya, dan keterpinggiran ekonominya.

Prof. Sutarya mengakhiri dengan doa kemenangan bagi umat Hindu: “Om Catur Dewi Mahadewi. Uma Dewi, Parwati Shivapatni, Durga ya namah swaha. Selamat Hari Raya Galungan dan Kuningan”. (red/tim).