Beranda Hotel Rahasia di Balik Perusahaan Langgeng: Bukan Harga atau Produk, Ini Tiga Aset...

Rahasia di Balik Perusahaan Langgeng: Bukan Harga atau Produk, Ini Tiga Aset Yang Utama

0

BADUNG – dunianewsbali.com, Di balik perusahaan yang berdiri kokoh dan mampu bertahan lama, selalu ada fondasi yang kuat. Bagi I Gusti Ngurah Paramarta, Chief Operating Officer Natya Hospitality, fondasi itu bukan hanya batu bata dan semen, melainkan tiga pilar hidup yang saling terhubung: pemilik, karyawan, dan pelanggan.

Dalam sebuah pembicaraan yang hangat, Paramarta membagikan filosofi membangun bisnis yang berkelanjutan. Menurutnya, setiap perusahaan melewati sebuah siklus yang manusiawi.

“Semua berawal dari mimpi dan dukungan pemilik atau investor. Mereka adalah aset utama pertama, tanpa mereka, perusahaan tidak akan lahir,” ujarnya menegaskan peran vital sang inisiator, Kamis (20/11/2025).

Setelah perusahaan lahir, kata Paramarta, datanglah pilar kedua yang tak kalah penting: para karyawan. “Mustahil pemilik sendiri yang menyajikan kopi, membersihkan setiap sudut, atau menyambut tamu dengan senyuman. Karyawanlah nyawa operasional sehari-hari,” tambahnya, menyiratkan betapa keberadaan mereka adalah denyut nadi perusahaan.

Namun, bisnis tidak akan bergerak tanpa aliran kehidupan. Di sinilah pilar ketiga muncul, yang lama-kelamaan justru menjadi yang pertama: para pelanggan.

“Tanpa pelanggan, bisnis macet. Merekalah yang memberikan ‘napas’ bagi perusahaan,” jelas Paramarta. “Oleh karena itu, fokus kita harus beralih: bagaimana melayani mereka dengan hati?”

Strateginya, yang ia sebut sebagai ‘Pemasaran Internal’, sederhana namun mendalam. Pertama, berikan produk terbaik, apakah itu kamar hotel atau hidangan di restoran. Kedua, layani dengan kebaikan dan ketulusan.

“Jika kedua hal ini kita lakukan dengan benar, rasa puas pelanggan akan berbicara sendiri. Ulasan positif adalah promosi alami yang tidak bisa dibeli,” ucapnya. Ia menekankan, jika ada keluhan, intropeksi diri adalah langkah pertama. “Mustahil mengharapkan ulasan bagus jika pelayanan dan produk kita biasa saja.”

Baca juga:  Adaptif Era AI, STIMI Handayani Siapkan Lulusan Kompetitif

Seiring waktu, urutan ketiga aset ini pun mengalami pergeseran yang indah untuk menciptakan siklus keberlanjutan. Pelanggan, yang merasa dihargai, menjadi aset utama pertama. Mereka menciptakan bisnis yang berkelanjutan.

Untuk menjaga kualitas pelayanan kepada pelanggan, perusahaan harus memastikan pilar kedua, yaitu karyawan, juga diperlakukan dengan baik.

“Bagaimana kita mengharapkan senyuman tulus untuk pelanggan, jika hak-hak karyawan terabaikan?” tanya Paramarta retoris. Ia menekankan pentingnya memenuhi hak karyawan, bersikap adil, dan tidak mengingkari komitmen. “Karyawan yang merasa dihargai akan memiliki loyalitas alami. Kebahagiaan mereka akan terpancar dalam setiap interaksi dengan pelanggan,” ungkapnya.

Lalu, di mana posisi pemilik? Paramarta dengan bijak menempatkan pemilik sebagai penerima manfaat akhir. “Ketika pelanggan puas dan karyawan bahagia, bisnis akan berjalan dengan lancar. Profitabilitas yang baik untuk perusahaan pada akhirnya akan kembali menghidupi sang pemilik,” paparnya.

Kesimpulannya, kunci bisnis yang abadi terletak pada keseimbangan yang manusiawi. Hak dan kewajiban setiap pihak; pemilik, karyawan, dan pelanggan harus berjalan seiringan.

“Ketika pemilik memahami nilainya terpenuhi, karyawan mendapatkan haknya dan menjalankan kewajibannya dengan baik, dan pelanggan dilayani dengan produk serta layanan terbaik, maka terciptalah sebuah harmoni,” tambah Paramarta.

“Di situlah bisnis tidak hanya sekadar mencari untung, tetapi benar-benar hidup dan berkelanjutan,” pungkasnya. (Brv)