GIANYAR – Puri Saren Kangin Keramas di Blahbatuh, Gianyar, kembali menggelar upacara Baligia Bhukur, sebuah tradisi yang tidak hanya menjadi penghormatan terhadap leluhur tetapi juga wujud nyata persatuan masyarakat. Upacara ini merupakan kelanjutan dari prosesi pelebon almarhum Gusti Agung Oka Wali tahun lalu, dengan menggunakan sarana Naga Banda sebagai simbol penyucian.
Yang membedakan upacara kali ini adalah semangat kebersamaan yang begitu kuat. Sebanyak 319 puspa (representasi roh leluhur) tidak hanya datang dari keluarga puri, tetapi juga dari berbagai daerah seperti Karangasem, Singaraja, dan desa-desa sekitarnya. Hal ini menunjukkan betapa puri telah menjadi rumah bersama bagi semua kalangan.
I Gusti Agung Ngurah Sudarsana, SH., M.H., Penasihat Karya Baligia Bhukur, menekankan bahwa upacara ini dilaksanakan dengan penuh kegembiraan dan kebersamaan. “Ini memang cukup panjang perjalanannya, tapi kami semua bersepakat bahwa upacara ini tidak perlu menjadi beban. Justru kami ingin bergembira ria, karena itulah makna sebenarnya. Ini adalah warisan yang harus kita teguhkan untuk anak cucu di kemudian hari,” ujarnya, Rabu (23/07/2025)
Lebih lanjut, Sudarsana menyatakan bahwa keterbukaan puri dalam merangkul semua pihak adalah hal yang paling penting. “Yang terpenting adalah kami bisa merangkul siapa saja yang mau ikut serta. Manfaatnya sangat bagus, mudah-mudahan ini menjadi momen untuk kita bersatu. Momen untuk menyadari bahwa kita semua adalah bagian dari satu leluhur yang sama, seharusnya tidak saling berselisih, melainkan saling memaafkan dan mengayomi,” tambahnya.
Prosesi Baligia Bhukur telah dimulai sejak 30 Mei 2025 dengan serangkaian ritual, seperti:
– Ngelunggihang Ida Betara Sri (penempatan simbol Dewi Sri)
– Peyadnyan, Ngeruak, dan Mecaru (penyucian lokasi)
– Nyukat Genah dan Nanceb Sanggar Tawang (penetapan tempat suci)
Puncak acara akan digelar pada 25 Juli 2025 dengan prosesi:
– Ngangget Don Bingin Betara Lingga (pengambilan daun beringin suci) – Ngajum Betara Lingga dan Melaspas (penyempurnaan simbol dewata)
– Ngening dan Bumi Suda (penyucian akhir).
Upacara ditutup dengan Nyegara Gunung ke Goa Lawah (Klungkung) dan Pedarman di Merajan Gede Puri Keramas pada 8 Agustus 2025.
Upacara ini dipimpin oleh 11 sulinggih terkemuka, termasuk Peranda Gerya Gede Keramas dan Peranda Buda Gerya Saraswati Batuan, menandakan kesakralan dan dukungan penuh dari para pemangku adat
Kehadiran perbekel, bendesa adat, camat, dan masyarakat dari berbagai daerah semakin mempertegas peran puri sebagai perekat sosial. Upacara ini bukan sekadar tradisi keluarga, melainkan warisan budaya yang hidup karena dijalankan dengan semangat inklusivitas dan kebersamaan.
Sebagai penutup, Sudarsana berharap agar momen seperti ini dapat terus menjadi pengingat akan pentingnya persatuan dan pelestarian budaya. “Kegiatan ini bukan sekadar upacara keluarga, melainkan warisan leluhur yang harus dijaga bersama, sekaligus bukti bahwa kearifan lokal tetap relevan ketika dijalankan dengan hati yang terbuka,” pungkasnya.
Upacara Baligia Bhukur tidak hanya menjadi penghormatan bagi leluhur, tetapi juga cerminan hidup rukun dalam keberagaman.(E’Brv)