Beranda Berita Yayasan Tatar Parahyangan Bali Support Upacara Metatah Bersama Ringankan Beban Umat Diapresiasi...

Yayasan Tatar Parahyangan Bali Support Upacara Metatah Bersama Ringankan Beban Umat Diapresiasi Pemerintah, PHDI dan MDA

0

DENPASAR – Dunianewsbali.com, Yayasan Tatar Parahyangan Bali dan Pesraman Sarwa Dharma Denpasar menggelar Puncak Karya Manusa Yadnya Bersama di Jalan Gunung Athena II Depan Villa Athena Padangsambian Kelod, Denpasar, Minggu, 29 Juni 2025.

Bertindak selaku Pemuput Karya adalah Ida Nabe Bhaskara Griya Madu Sudana Negara Jembrana, Ida Nabe Bhagawan Yoga Nanda Griya Santabana Payuk Bangli, Ida Pedanda Istri Nabe Sebali Griya Subagan Karangasem dan Ida Rsi Agung Agni Jaya Mukti, yang juga selaku Wakil Dharma Adhyaksa Bidang Dharma Duta Sabha Pandita PHDI Pusat.

Selain itu, juga hadir Dharma Adhyaksa Sabha Pandita PHDI Pusat, Ida Pedanda Bang Buruan Manuaba, Ketua Bidang Pendidikan dan Pengembangan SDM PHDI Pusat, Dr.Ir. I Wayan Jondra, M.Si., Ketua PHDI Provinsi Bali, Nyoman Kenak, S.H., Wakil Bandesa Madya MDA Kota Denpasar, A.A. Ketut Oka Adnyana dan tokoh masyarakat A.A. Kartika.

Hadir pula, Staf Ahli Gubernur Bali Bidang Ekonomi, Dr. Wayan Eka Dina yang mewakili Gubernur Bali dan Kabag Kesra, Ida Bagus Alit yang mewakili Walikota Denpasar telah memberikan dana punia sebagai bentuk apresiasi atas suksesnya pelaksanaan upacara Manusa Yadnya Bersama, lantaran kegiatan seperti ini bisa membantu sesama.

Pada kesempatan tersebut, Ni Made Ratnadi, S.E., selaku Pendiri dan Ketua Yayasan Tatar Parahyangan Bali dan juga Ketua Pembina Pasraman Sarwa Dharma Denpasar didampingi Pengawas Yayasan Tatar Parahyangan Bali, Nyoman Sukadana menyebutkan, bahwa upacara Manusa Yadnya Bersama merupakan acara tahunan yang dilaksanakan sejak tahun 2006 hingga saat ini.

“Astungkara, hari ini pelaksanaan upacara berjalan dengan lancar dan baik. Hanya saja waktu Covid-19, kita pernah off, libur atau tidak diadakan dengan melihat situasi dan kondisi pada saat itu, yang kemudian kita lanjutkan lagi,” kata Made Ratnadi.

Sebelum pandemi Covid-19, pihaknya sempat melakukan upacara Manusa Yadnya Bersama dengan peserta sangat besar, yang berjumlah 464 orang.

“Untuk saat ini, kita bikin di Jalan Gunung Athena sangat luar biasa dan kita minta doa restu dengan sulinggih, pejabat dan lain sebagainya supaya acara berjalan dengan baik dan lancar,” terangnya.

Menurutnya, Puncak Karya Manusa Yadnya Bersama dilaksanakan, yang rangkaian upacaranya sudah dijalankan, dimulai dengan pembekalan, pada 20 Juni 2025.

“Saat pembekalan, semua peserta dikumpulkan, untuk dijelaskan apa itu arti dan makna Metatah, Mepetik, Meotonan, Menek Kelih dan Mejaya-jaya,” kata Made Ratnadi.

Baca juga:  Cegah Konvoi Kelulusan Siswa, Polsek Jembrana Lakukan Patroli Amankan Kelulusan Siswa

Mengingat, Tim Yayasan Tatar Parahyangan Bali sangat solid, maka dipersiapkan segala sarana dan prasarana upacara dengan matang hingga terlaksana upacara Ngekeb dan Mepetik dengan baik dan lancar.

Upacara dilanjutkan dengan Metatah Bersama secara gratis, yang totalnya diikuti oleh 100 peserta terdiri dari Mepetik, Otonan, Menek Kelih dan Metatah.

“Terakhir, kita laksanakan Metatah Bersama dengan 464 peserta. Tahun berikutnya kita mengurangi jumlah peserta, karena pandemi Covid-19. Nah, sekarang tahun 2025 jumlah peserta 100 orang. Dari kemarin itu, ada beberapa orang yang ikut serta secara spontanitas, karena kebanyakan mereka tahu acara ini diadakan oleh Sarwa Dharma dari orang per orang kegiatan seperti ini,” terangnya.

Melalui upacara Metatah Bersama, Made Ratnadi sangat senang sekali membantu bagi masyarakat Bali, khususnya umat Hindu yang memang memerlukan bantuan, untuk meringankan beban umat dari segi dana upacara.

“Karena setiap orang ingin mengikuti upacara, tapi terbentur dana terbatas. Maka dari itulah, kami dari Tim Yayasan Tatar Parahyangan Bali yang sebelumnya terkenal dengan nama Pasraman Sarwa Dharma Denpasar sangat berterima kasih atas partisipasi masyarakat Bali,” urainya.

Kedepan, Made Ratnadi berharap upacara serupa bisa dilakukan, karena banyaknya support dan saran umat, agar Tatar Parahyangan Bali bersama Pasraman Sarwa Dharma terus melanjutkan program Metatah Bersama setiap tahunnya.

“Kita bisa berdiskusi kepada Tim kami, karena hal ini sifatnya kemanusiaan gotong royong dan sosial. Mudah-mudahan nanti tahun depan kita bisa menyelenggarakan lagi lebih baik dan lebih terorganisir,” harapnya.

Hal senada juga disampaikan Pendiri dan Pengawas Yayasan Tatar Parahyangan Bali, Nyoman Sukadana, yang menyatakan bahwa Yayasan Tatar Parahyangan Bali baru disahkan dengan sudah dikeluarkan Surat Keputusan (SK).

Meski demikian, keberadaan Yayasan Tatar Parahyangan Bali tidak mengesampingkan peran Pasraman Sarwa Dharma, yang telah ada sebelumnya, karena hal itu diakui sebagai satu rangkaian yang terjalin erat, lantaran dalam kegiatan sehari-hari tetap menggunakan peran Pasraman Sarwa Dharma Denpasar.

“Jadi, Pasraman Sarwa Dharma tetap berjalan, karena ini sebagai induknya, karena sekarang kami kembangkan dengan Yayasan Tatar Parahyangan Bali,” kata Nyoman Sukadana.

Oleh karena itu, Nyoman Sukadana berharap pihaknya terus bergerak dalam bidang sosial dan kemanusiaan.

“Kebetulan Ibu Made Ratnadi selaku Pendiri dan Ketua Yayasan Tatar Parahyangan Bali. Jadi, kami sudah berbadan hukum dan resmi,” tegasnya.

Baca juga:  Tanggapi Pernyataan Surya Paloh, Ketua Garuda Bali: "Kami Tolak Infrastruktur yang Bunuh Ruh Pulau Dewata!"

Sementara itu, Wakil Bandesa Madya MDA Kota Denpasar, A.A. Ketut Oka Adnyana menyatakan atas nama Majelis Desa Adat (MDA) Kota Denpasar, pihaknya sangat mengapresiasi atas terselenggaranya kegiatan upacara Metatah Bersama.

Apalagi, tempat pelaksanaan upacara di Pasraman ini sudah sangat membantu meringankan beban umat dalam melaksanakan Upacara Yadnya

“Kegiatan ini betul-betul sangat luar biasa, karena moment-moment ini sangat penting bagi masyarakat Bali, manakala susah diadakan di Griya, Jero dan rumah, terutama masalah tempat upacara,” tegasnya.

Pada kesempatan yang sama, Ketua PHDI Provinsi Bali, Nyoman Kenak, S.H., menyatakan secara simbolis Metatah bertujuan menghilangkan Sad Ripu atau enam musuh yang berada didalam diri setiap insan, yang kemudian dialihfungsikan menjadi Sad Guna.

Bahkan, secara filosofis dalam Kala Tatwa itu sudah sangat jelas disebutkan bahwa Metatah, Mepandes atau Mesangih itu bermakna menajamkan pikiran melalui diasah gigi taringnya, agar bisa berwibawa.

“Dalam usia mereka yang akil balig itu melaksanakan upacara Metatah, yang diasah itu dua gigi taring dan gigi seri biar bisa menyerap ilmu pengetahuan melalui diksa itu sendiri, yang nanti perkataan mereka bisa bermanfaat dan berpengaruh di masyarakat. Intinya pintar, itu kunci dari Mesangih atau Metatah itu sendiri,” tambahnya.

Dr.Ir. I Wayan Jondra, M.Si., selaku Ketua Bidang Pendidikan dan Pengembangan SDM PHDI Pusat mengucapkan terima kasih kepada pengurus Yayasan Tatar Parahyangan Bali, terutama Made Ratnadi dan Nyoman Sukadana yang sudah menggerakkan kegiatan seperti ini, yang dirasakan sangat meringankan beban umat, sehingga manusia Bali merasakan tidak berat menjadi orang Hindu, tapi dirasakan sangat bermanfaat dalam meningkatkan taraf hidupnya kedepan.

“Sebagai umat Hindu di Bali sangat diringankan dengan kegiatan ini. Saya selaku Ketua Bidang Pendidikan dan Pengembangan SDM, mudah-mudahan dengan kegiatan ini, manusia Bali merasakan manfaatnya kedepan,” kata Wayan Jondra.

Dengan mengendalikan Sad Ripu diharapkan manusia Bali bisa menjadi bijaksana dan kompetitif dalam membangun perekonomian kedepan dan tidak terpinggirkan di daerah Bali itu sendiri.

“Sekali lagi saya ucapkan terima kasih kepada keluarga yang sudah mengikuti kegiatan ini, saya ucapkan selamat. Semoga acara Manusa Yadnya Bersama, yakni Metatah, Mepetik dan Mewinten ini berjalan dengan lancar dan labda karya,” harapnya.

Hal senada juga disampaikan Ida Pedanda Bang Buruan Manuaba selaku Dharma Adhyaksa PHDI Pusat, yang sangat mengapresiasi pelaksanaan upacara Metatah Bersama sudah memberikan roh bagi budaya Bali, dikarenakan budaya Bali merupakan warisan leluhur yang wajib dilestarikan keberadaannya.

Baca juga:  Wujudkan Program Presiden, Rutan Kelas IIB Negara Bagikan Sembako Gratis

Bahkan, Ida Pedanda Bang Buruan Manuaba juga mengucapkan terima kasih atas upaya generasi muda yang tergabung dalam Yayasan Tatar Parahyangan Bali telah sukses menyelenggarakan upacara Manusa Yadnya Bersama.

Apapun warna dari keyakinan dalam sentuhan darma, diharapkan tetap dikolaborasikan atas kondisi-kondisi budaya leluhur.

Hal tersebut dikarenakan mereka adalah orang-orang yang merupakan suatu selemparan Dewa dalam upacara yang tidak pernah dilepaskan, lantaran upacara yang dilakoni keluarga itu dilakukan oleh ayah, ibu dan komponen Yayasan yang turut serta terlibat dalam berupacara, sehingga menjadikan generasinya betul-betul suci.

“Jika ada sumur seribu dikalahkan dengan satu mata air. Jika ada mata air seribu dikalahkan oleh seorang anak. Apabila ada seribu anak dikalahkan oleh anak disebut Suputra, yang bisa beramal dan bisa merasakan derita orang lain,” paparnya.

Hal tersebut seperti yang dikatakan Brahmana, bahwa Dharma Raksatah, Dharma Raksitah artinya siapa yang melakukan Dharma dia dielukan Dharma berarti Dharma sebagai tujuan utama.

“Itu pemimpin harus berpikir sama, beda, dana dan danda, sama berbeda, tapi tetap diberikan hukum. Jadi, kita berpikir bagaimana memimpin diri kita dan memimpin suatu keluarga, lingkungan, wilayah hingga bagaimana kita memimpin suatu negara,” urainya.

Untuk itu, Ida Pedanda Bang Buruan Manuaba berharap semua generasi mengamalkan warisan leluhur, dimulai dari aturan kebiasaan menjadi adat hingga budaya sebagai orang Bali.

Semoga akan muncul relawan-relawan yang peduli aksi sosial dan kemanusiaan, seperti yang dilakukan Made Ratnadi melalui Yayasan Tatar Parahyangan Bali.

“Sekarang sudah Bu Made Ratnadi, S.E., mengulurkan tangan, siapa tahu nanti ada generasi lainnya mengikuti jejak Bu Made alangkah bahagianya Ida Pedanda. Bagaimana caranya beryadnya dengan dana seminimal mungkin tuntas jalankan Yadnya. Ini yang perlu kita pikirkan,” harapnya.

Untuk itu, Ida Pedanda mengusulkan dibentuknya Koperasi Yadnya yang diatur dengan baik. Melalui bunga uang saja dari hasil Koperasi Yadnya diharapkan bisa melakukan Yadnya sebagaimana dikehendaki sesuai tingkatan Yadnya.

“Dana kita dapatkan dari bunga uang, broadcast-broadcast dan pariwisata, otomatis karena kita sentralkan dia di satu tempat, kita undang Tourism maka dana dipastikan datang berlipat-lipat, yang nanti bisa dipakai buat beryadnya, “pungkasnya.(red/ich)