DENPASAR – Dunianewsbali.com, Menjelang pergantian tahun 2025, ruang keseharian kita terus dipenuhi kabar yang menekan: perang, kerusuhan, bencana alam, hingga berbagai bentuk kejahatan yang seolah tak berkesudahan. Derasnya arus informasi melalui layar gawai sering membuat dada sesak, bahkan menguji kewarasan kita setiap waktu. Di tengah kondisi tersebut, hadir kebutuhan akan ruang jeda—sebuah oase untuk memulihkan kesadaran dan menumbuhkan kembali harapan. Sebuah utopia.
Komunitas Seni Rupa HOCA (House of Cartoon maniA) bersama Bentara Budaya merespons kebutuhan itu dengan menghadirkan pameran seni modern bernuansa positif di Bali. Pameran bertajuk “UTOPIA 2025” ini lahir dari refleksi atas berbagai peristiwa sepanjang tahun, menghadirkan sudut pandang baru yang menyoroti sisi-sisi konstruktif dari kondisi lokal, nasional, hingga internasional yang kerap diliputi kesuraman. Mengangkat kembali konsep utopia, pameran ini mengajak publik membayangkan masyarakat yang harmonis, tertib, dan ideal—sebuah dunia di mana kekacauan bukan lagi arus utama kehidupan. Alih-alih menonjolkan keburukan, karya-karya yang ditampilkan menawarkan kemungkinan ideal yang layak diperjuangkan.

Kolaborasi Seni dan Teknologi Blockchain
Keistimewaan pameran ini terletak pada kolaborasi HOCA dengan Baliola, startup penggagas Sertifikat Digital Kraflab berbasis Blockchain. Seluruh karya dalam pameran telah mendapatkan sertifikat digital yang tercatat secara permanen dalam sistem blockchain, sehingga tidak dapat diubah ataupun dipalsukan. Langkah ini menjadi terobosan dalam perlindungan hak cipta sekaligus penambah nilai karya. Umumnya, sertifikat karya dikeluarkan langsung oleh kreator, sehingga membuka peluang duplikasi oleh pihak tidak bertanggung jawab. Namun melalui verifikasi komunitas seperti HOCA, sertifikasi Kraflab memberikan jaminan keamanan lebih kuat terhadap potensi pemalsuan.
Sudut Pandang Kuratorial
Kurator pameran, I Wayan Nuriarta, mengajak pengunjung melihat kembali berbagai kesuraman—di tingkat lokal hingga global—untuk menemukan potensi, harapan, dan sisi positif yang tersembunyi. Kritik sosial tidak selalu harus disampaikan dengan menyoroti keburukan; ia juga dapat hadir melalui gambaran ideal tentang bagaimana seharusnya tatanan masyarakat terbentuk. Melalui karya-karya bernapas utopia, para seniman mengajak kita membayangkan masa depan yang lebih cerah, sembari mendorong diri untuk mulai mewujudkannya dari lingkungan terdekat.
“UTOPIA 2025” bukan sekadar pameran visual, melainkan sebuah undangan untuk merayakan harapan, menemukan keteduhan, dan mempercayai bahwa dunia yang lebih baik tetap mungkin diciptakan.
Pembukaan Pameran
Pameran “UTOPIA 2025” dibuka pada Jumat, 5 Desember 2025, pukul 17.00 WITA di Hotel Tijili Seminyak, Jl. Drupadi No. 9, Kuta, Badung. Pameran berlangsung hingga 14 Desember 2025.
Karya-karya yang belum diambil kolektor akan kembali ditampilkan di Hotel Tijili Benoa, Nusa Dua, sesuai persetujuan pihak terkait.

Pembukaan pameran akan dihadiri oleh Manajer Bentara Budaya Pusat, Ika W. Burhan, bersama perwakilan Pemerintah Kota Denpasar, pimpinan HOCA, dan manajemen Hotel Tijili.
Daftar Perupa dan Jumlah Karya
Pameran “UTOPIA 2025” menampilkan 17 perupa anggota HOCA dengan total 53 karya yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Berikut para seniman yang berpartisipasi beserta jumlah karya yang ditampilkan:
Agus Yudha (I Gusti Ketut Agus Yudanegara) – Denpasar, Bali — 5 karya
Andhika Wicaksana (Gde Bagus Andhika Wicaksana, S.T., M.T., I.A.I.) – Denpasar, Bali — 6 karya
Beng Rahadian (Dr. Bambang Tri Rahardian, S.Sn., M.Sn.) – Jakarta — 1 karya
Damuh Bening (Sang Nyoman Wijaya Darma) – Denpasar, Bali — 2 karya
Den Dede (Denri Demma) – Makassar, Sulawesi Selatan — 3 karya
I Komang Try Adi S (I Komang Try Adi Stanaya, S.Kom., M.Kom.) – Denpasar, Bali — 3 karya
I Made Marthana Yusa (Dr. I Made Marthana Yusa, S.Ds., M.Ds.) – Tabanan, Bali — 1 karya
I Wayan Nuriarta (Dr. I Wayan Nuriarta, S.Pd., M.Sn.) – Denpasar, Bali — 3 karya
Ika W Burhan – Bogor, Jawa Barat — 5 karya
Ninik Juniati (Dr. Ninik Juniati, S.Pd., M.Pd.) – Sidoarjo, Jawa Timur — 5 karya
Pinky Sinanta – Karangasem, Bali — 2 karya
Pradya (Pramudya) – Denpasar, Bali — 1 karya
Putu Ebo (I Gusti Putu Ardi Supardi) – Denpasar, Bali — 2 karya (digital)
Supradaka – Jakarta — 3 karya (digital)
Thomdean – Tangerang, Banten — 2 karya (ink, watercolor, digital)
Yere Agusto – Denpasar, Bali — 4 karya
Yulius Widi Nugroho (Dr. Yulius Widi Nugroho, S.Sn., M.Si.) – Surabaya, Jawa Timur — 4 karya (digital)
Total keseluruhan: 17 seniman dengan 53 karya yang terdiri dari lukisan, ilustrasi, kartun, digital art, hingga karya tekstil (fashion). (red/tim)








