GIANYAR – Dunianewsbali.com || Anak-anak disabilitas dari Yayasan Peduli Kemanusiaan (YPK) Bali melakukan kunjungan edukatif ke Pabrik Dupa Kaori, yang berlokasi di Desa Mas, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, Jumat (17/1/2025).
Kunjungan ini disambut hangat oleh pemilik PT Kaori Alam Nusantara (KAN), Ni Kadek Winie Kaori Intan Mahkota, yang mengapresiasi semangat anak-anak disabilitas dalam belajar proses pembuatan dupa.
“Anak-anak disabilitas YPK Bali terlihat sangat antusias. Mereka belajar mulai dari mencetak dupa, memberikan aroma khas, hingga pengemasan. Proses ini memberikan pengalaman unik bagi mereka,” ujar Winie.
Ia menjelaskan bahwa Dupa Kaori tidak hanya diproduksi sebagai sarana sembahyang, tetapi juga sebagai pengharum ruangan alami yang ramah lingkungan. “Kami ingin menciptakan produk lokal yang tidak hanya memberikan nilai ekonomi, tetapi juga manfaat sosial dan lingkungan,” tambahnya.
Koordinator Unit Edukasi YPK Bali, Ni Putu Windayani, mengungkapkan kunjungan ini memberikan pengalaman berharga bagi anak-anak. Selain belajar proses pembuatan dupa, mereka juga diajarkan keterampilan sosial dan komunikasi aktif.
“Kami berharap pengalaman ini bisa menginspirasi mereka untuk memulai usaha kecil-kecilan di rumah, seperti memproduksi dupa bersama keluarga,” ungkap Windayani.
Kunjungan ini juga didukung oleh fasilitas ramah disabilitas di Pabrik Dupa Kaori, mulai dari aksesibilitas hingga keramahan staf.
“Pabrik ini memberikan akses mudah bagi anak-anak disabilitas. Kami senang karena stafnya juga sangat mendukung dan terbuka dalam berbagi ilmu,” tambahnya.
Sebanyak delapan anak disabilitas dari YPK Bali turut serta dalam kunjungan ini. Mereka dilatih untuk memahami setiap proses pembuatan dupa, mulai dari bahan dasar hingga produk jadi.
“Kami ingin mereka percaya diri, berani berkomunikasi, dan memiliki gambaran tentang usaha yang bisa dilakukan di masa depan,” tutup Windayani.
Dengan kunjungan ini, YPK Bali berharap anak-anak disabilitas dapat mengembangkan potensi mereka melalui usaha produksi dupa di rumah. Hal ini menjadi langkah konkret dalam mendorong kemandirian mereka tanpa harus bergantung pada mobilitas tinggi.
“Kegiatan ini bukan hanya belajar, tetapi juga membuka jalan bagi anak-anak disabilitas untuk berdaya dan mandiri,” pungkasnya.(Ich)