Oleh: Prof. Dr.Ida Bagus Raka Suardana, SE.,MM – Dekan Fak. Ekonomi & Bisnis Undiknas Denpasar
_________________________
Pada tgl 1 Februari 2025, pengguna internet di Indonesia dikejutkan oleh tampilan nilai tukar dolar AS terhadap rupiah di Google yg menunjukkan angka Rp8.170,65 per USD 1. Informasi ini segera menjadi perbincangan hangat di media sosial, mengingat nilai tukar resmi saat itu berada di kisaran Rp16.300 per dolar AS. Setelah ditelusuri, diketahui bhw tampilan tsb merupakan kesalahan teknis pada sistem Google, yg menampilkan data lama dari tahun 2009.
Meskipun kesalahan ini bersifat teknis, menarik utk menganalisis dampak yg mungkin terjadi jika nilai tukar rupiah benar-benar menguat hingga mencapai Rp 8.000-an per dolar AS. Penguatan signifikan semacam ini akan membawa konsekuensi besar bagi perekonomian Indonesia.
Salah satu dampak positif dari apresiasi rupiah adalah penurunan by impor. Barang-barang impor, termasuk bhn baku dan brg modal, akan menjadi lebih murah. Hal ini tentu dpt menurunkan by produksi bagi industri yg bergantung pada impor, shg hrg barang di pasar domestik bisa lbh kompetitif. Selain itu, utang luar negeri pemerintah dan swasta yg berdenominasi dolar AS akan berkurang nilainya dlm rupiah, shg meringankan beban pembayaran utang.
Namun, apresiasi rupiah yg tajam juga memiliki dampak negatif, terutama bagi sektor ekspor. Produk Indonesia menjadi lbh mahal di pasar internasional, yg dpt menurunkan dy saing dan permintaan terhadap produk ekspor. Data dari Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan menunjukkan bhw apresiasi nilai tukar memiliki korelasi negatif dgn volume ekspor Indonesia.
Bagi Bali yg perekonomiannya sgt bergantung pd pariwisata, penguatan rupiah dpt mempengaruhi jml kunjungan wisatawan asing. Dengan kurs yg lbh kuat, by berlibur di Bali menjadi lbh mahal bagi turis mancanegara, yg dpt menurunkan minat mrk untuk berkunjung. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, sektor pariwisata menyumbang porsi signifikan terhadap PDRB Bali, shg penurunan jml wisatawan dpt berdampak langsung pada perekonomian daerah.
Selain itu, apresiasi rupiah dpt mempengaruhi investasi asing. Investor mungkin menilai Indonesia menjadi kurang menarik krn potensi keuntungan mrk dlm mata uang asal berkurang. Namun, stabilitas mata uang yg lbh kuat juga bisa menjadi sinyal positif bagi investor terkait kondisi ekonomi Indonesia yang menjadi sehat (***)