DENPASAR –I Gusti Agung Ronny Indra Wijaya Sunarya, Ketua Partai Garda Republik Indonesia (Garuda) Bali, menanggapi tegas pernyataan Ketua Umum Nasdem, Surya Paloh yang menyebut infrastruktur Bali masih kurang layak.
Dirinya menegaskan, pembangunan di Bali harus mengutamakan kelestarian budaya dan lingkungan, bukan sekadar memperlebar jalan atau modernisasi fisik.
Ronny mengingatkan, wisatawan datang ke Bali untuk merasakan tradisi, bukan mencari infrastruktur modern.
“Orang datang ke Bali melihat adat dan budaya, bukan jalan besar. Memperlebar jalan bukan solusi kemacetan, malah mengorbankan lahan produktif dan ruang hijau. Kalau sawah dan paru-paru Bali hilang, siapa yang rugi? Bali sendiri,” tegasnya saat ditemui dikantor partai Garuda, Senin (07/04/2025)
Sebagai Ketua partai Garuda Bali, Ronny menegaskan, bahwa modernisasi jangan sampai menghilangkan “taksu” (roh spiritual) Bali.
“Boleh bangun infrastruktur, tapi jangan tinggalkan seni dan ciri khas Bali. Jangan sampai Bali jadi Betawi kedua. Wisatawan cari nuansa unik Bali, bukan mall atau jalan raya. Lihat Vietnam atau Jepang, jalannya kecil-kecil tapi pariwisatanya maju karena tradisi,” jelasnya.
Ia mengingatkan, Bali sudah “berkeringat” akibat perubahan iklim, sehingga pengurangan lahan hijau berisiko memperparah kondisi.
Ronny mendorong Pemprov Bali untuk bijak dalam pembangunan dengan menolak alih fungsi lahan hijau untuk proyek beton, perbanyak ruang terbuka hijau, bukan malah dikurangi, serta pembangunan yang harus selaras dengan kearifan lokal.
“Saya lahir dan cari makan di Bali. Saya cinta Bali. Biarkan Bali tetap menjadi Bali,” tegasnya.
Ronny mengisyaratkan kekhawatiran adanya proyek infrastruktur besar di balik pernyataan Surya Paloh, meski tak menyebut detail. “Kita tidak berani menuduh, tapi saya tergelitik. Jangan sampai Bali dikorbankan,” ucapnya.
Ia menekankan, Bali bukan sekadar objek pembangunan, tapi entitas hidup yang memberi nilai lebih bagi Indonesia.
“Modernisasi boleh, asal tidak bunuh ruh Bali. Kalau itu hilang, habislah kita,” tandasnya. (E’Brv)