Beranda Hukum Terbukti Edarkan 6,4 Kg Sabu, Pria Kelahiran Banjarmasin Dipenjara 15 Tahun

Terbukti Edarkan 6,4 Kg Sabu, Pria Kelahiran Banjarmasin Dipenjara 15 Tahun

0
kasus narkotika, lasuarsi narkotika, narkotika lasuarsi, sidang kasus narkotika, sidang 6 kilo sabu,
Terdakwa Lazuardi Muddatsir saat usai menjalani sidang putusan di PN Denpasar. Foto/ist

DENPASAR-Dunianewsbali.com|Pria pengangguran asal Banjarmasin, Lazuardi Muddatsir (29) yang sebelumnya diseret ke Pengadilan Negeri Denpasar karena diduga pengedar Narkotika, Rabu (6/11/2024) divonis penjara selama 15 tahun. Ia dinyatakan terbukti bersalah mengedarkan 6,4 kilo sabu sabu.

Majelis pimpina Putu Agus Adi Antara menyatakan terdakwa Lazuardi terbukti bersalah melakukan permufakatan jahat melakukan tindak pidana mengedarkan narkotika, sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 114 ayat (2) jo Pasal 132 Ayat (1) Undang- Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

Baca juga:  Tindakan Premanisme di Banjar Hitta Buana Tuai Kecaman

Selain pidana penjara, Lazuardi juga dijatuhi hukuman denda sebesar Rp 10 miliar. “Dengan ketentuan apabila tidak dibayar, diganti dengan pidana kurungan selama 4 bulan,” tegas majelis hakim. Voni ini lebih ringan 4 tahun dari tuntutan Jaksa Penuntut Umum (JPU) I Gusti Lanang Suyadnyana yang sebelumnya menuntut 19 tahun penjara.

Disebutkan juga, salah satu pertimbangan yang memberatkan putusan majelis hakim, yaitu terdakwa sebelumnya merupakan mantan terpidana yang pernah dijatuhi putusan 3 tahun penjara oleh Pengadilan Negeri Jakarta Timur atas kasus skimming kartu ATM di Cipinang. Sedangkan hal yang meringankan adalah terdakwa bersikap sopan, mengakui perbuatannya, kooperatif, dan masih muda.

Baca juga:  Berkas Kasus Putu Nova, Oknum Pengacara Terjarat Kasis Ganja Masuk Ke Kejaksaan

Dijelaskan dalam persidangan, terdakwa diringkus Tim Direktorat Narkoba Bareskrim Polri di tempat kosnya, Jalan Gunung Taman Sari II C Nomor 88 Sesetan, Kecamatan Denpasar Selatan, pada 2 Mei 2024 lalu.

Tim Bareskrim Polri yang dipimpin oleh AKBP Andi Oddang Riuh melakukan penggeledahan dan menemukan barang bukti sejumlah paket shabu masing-masing dengan berat 1.063 gram, 1.067 gram, 1.062 gram, 1.069 gram, 1.059 gram, 1.063 gram, dan 94 gram.

Baca juga:  Wujudkan Program Presiden, Rutan Kelas IIB Negara Bagikan Sembako Gratis

Kasus ini berawal pada Maret 2024 ketika Lazuardi menghubungi seorang gembong narkoba bernama Fredi Pratama, (DPO dalam beberapa Tindak Pidana Narkotika yang sudah diputus sebelumnya) untuk meminta pekerjaan.

Fredi pun menawarkan pekerjaan kepada Lazuardi di Bali, yang baru terwujud pada April. Terdakwa yang tanpa pikir panjang menerima pekerjaan itu, lantas dikirimi uang Rp 10 juta untuk biaya perjalanan dan akomodasi terdakwa menuju Jakarta oleh Fredi.

Baca juga:  Saksi yang Dihadirkan Jaksa tidak Relevan, Kasus Made Richy Mengarah ke Perdata

Sesampainya di Jakarta, terdakwa mengambil tas berisi shabu di sebuah kamar hotel yang telah disiapkan tanpa kunci. Barang haram tersebut kemudian dibawa ke Bali menggunakan perjalanan darat setelah Fredi mengirim tambahan uang Rp 5 juta. Dalam perjalanan, Lazuardi memindahkan shabu ke dalam koper dan menyewa kos-kosan di wilayah Sesetan, Denpasar.

Selama di Bali, terdakwa terus menerima instruksi dari Fredi untuk mendistribusikan narkoba di beberapa lokasi. “Fredi bahkan mengirim uang Rp 70 juta sebagai imbalan, yang sebagian digunakan untuk membeli motor sebagai kendaraan operasional.

Baca juga:  Kliennya Belum Dieksekusi, Teddy Ancam Bersurat ke Jaksa Pengawas

Namun, aksi Lazuardi terendus polisi. Pada 2 Mei 2024, tim dari Mabes Polri menggerebek kos-kosan terdakwa di Sesetan dan menemukan 6,4 kilogram shabu, beserta sejumlah peralatan seperti timbangan, alat pres, dan berbagai perlengkapan lainnya.

Untuk diketahui, Fredi Pratama merupakan pemilik dari pabrik gelap pembuatan narkotika jenis ekstasi di kawasan Sunter, Jakarta Utara yang telah menghasilkan 7.800 butir pil ekstasi dan telah dibongkar oleh Bareskrim Polri. Sedangkan terdakwa dalam kasus ini merupakan salah satu kaki tangan Fredi Pratama untuk mengedarkan produknya.(*)