DENPASAR – Atrium Trans Studio Mall (TSM) Bali di Jl. Imam Bonjol No. 440, Denpasar, dipenuhi dengan gelora semangat dan kemeriahan dalam acara Waktra Concert Rehearsal, Sabtu (01/03/2025)
Waktra Concert Rehearsal bermula dari sebuah pemikiran bahwa untuk tampil dalam konser musik, tidak cukup hanya dengan rajin latihan, ternyata banyak hal teknis yang perlu dipelajari murid-murid Waktra, terutama murid dengan disabilitas. Maka perlunya dibuatkan sebuah latihan konser, di sebuah panggung yang sesungguhnya. Dari sana baik para penampil, penyelenggara acara, maupun venue bisa bersama-sama belajar sehingga pada saat menggelar konser yang sesungguhnya tidak merasa canggung lagi, bahkan bias memberikan pengalaman yang terbaik bagi penonton dengan menciptakan suasana yang menghibur serta memukau nantinya. Karena dengan kolaborasi yang solid, semua pihak dapat memastikan acara konser yang akan datang berjalan lancar dan meninggalkan kesan yang mendalam bagi semua yang hadir.
Acara ini menjadi bukti nyata bahwa keterbatasan bukanlah halangan untuk menciptakan karya terbaik. Para peserta, yang terdiri dari anak-anak dengan berbagai latar belakang, termasuk mereka yang memiliki keterbatasan fisik maupun intelektual, walaupun masih dalam tahap rehearsal/latihan, tampil dengan penuh antusiasme dan kebanggaan, menunjukkan bahwa musik adalah bahasa universal yang mampu menyatukan semua orang.
Dari awal acara, suasana sudah terasa hangat dan penuh semangat. Para peserta, didampingi oleh guru-guru dan relawan, tampil dengan percaya diri di atas panggung. Mereka membawakan tarian dan berbagai penampilan musik, mulai dari paduan suara, ansambel instrumental, hingga pertunjukan solo. Setiap penampilan disambut dengan tepuk tangan meriah dari penonton yang memadati atrium mall.
Salah satu momen paling mengharukan adalah ketika kelompok paduan suara dari Bali Choir yang terdiri dari anak-anak dengan berbagai keterbatasan, yaitu Autistik, Celebral Palsy, ADHD, Tuna Grahita, Tuna Daksa, Down Syndrome, dan Speech Delay, tampil membawakan lagu-lagu penuh makna. Dengan bimbingan dari para guru, mereka berhasil menyentuh hati semua yang hadir.
Begitu pula dengan penampilan anak-anak dari YPK Bali, yang memainkan jimbe bersama pelatihnya. Meskipun mereka memiliki keterbatasan fisik, namun semangat dan keceriaan mereka yang terpancar jelas disertai sorak sorai dan tawa riang seolah menyentuh hati setiap orang yang hadir, membuktikan bahwa music adalah medium yang mampu melampaui batas.
“Ini adalah bukti bahwa setiap anak memiliki potensi yang luar biasa. Yang mereka butuhkan hanyalah kesempatan dan dukungan,” ujar Silvi Agustina, Project Manager sekaligus asisten Ibu Wahyu, pendiri Sanggar Musik Waktra.
Tidak kalah memukau, peserta dari Sanggar Sunar Sanggita yang terdiri dari anak-anak belia hingga remaja tampil dengan antusias dan penuh percaya diri. Sanggar ini menjadi unik karena guru-guru di sana adalah Guru Musik Penyandang Disabilitas Sensorik Netra yang mengajar murid-murid non-disabilitas. Ini membuktikan bahwa para penyandang disabilitas sensorik netra bisa menjadi guru musik yang handal dan inspiratif asalkan memiliki kemampuan yang mumpuni.
Untuk terus meningkatkan kualitas mengajar mereka, Sunar Sanggita bersama Waktra menjalin kerjasama dalam menyelenggarakan program Pelatihan Sertifikasi Guru Musik Disabilitas. Program ini tidak hanya memperkuat kompetensi para guru, tetapi juga membuka peluang bagi mereka untuk berkontribusi lebih besar di dunia pendidikan musik. Ibu R. Wahyu Panca Wati, Spd, MTh, pendiri Sanggar Musik Inklusi Waktra, salah satu pemateri dalam pelatihan tersebut, turut memberikan sumbangsih pengetahuan dan pengalamannya, memperkaya proses belajar mengajar di sanggar ini.
Bali Dharma School juga menampilkan karya terbaik mereka. Para siswa non-disabilitas dari Bali Dharma School tampil dengan penuh penghayatan, membawakan tarian dan music yang memukau. Penampilan mereka tidak hanya menunjukkan bakat menari dan musical yang luar biasa, tetapi juga dedikasi dan ketekunan dan dedikasi dalam berlatih. Bali Dharma School diajak berkolaborasi dengan Waktra dalam acara ini untuk meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa music tidak perlu diberi label inklusi karena pada dasarnya music memang sudah inklusif.
Melalui kolaborasi ini, terlihat jelas bahwa disabilitas dan non-disabilitas bisa tampil bersama dalam satu panggung yang sama, layaknya di taman bermain di mana semua anak bermain dengan antusias tanpa memandang perbedaan. Ini menjadi bukti nyata bahwa seni, khususnya musik, mampu menyatikan semua orang dalam harmoni yang indah, mengajarkan bahwa kebersamaan dan kesetaraan adalah nilai-nilai universal yang patut dirayakan.

Antusiasme juga terlihat dari para penonton, yang terdiri dari keluarga peserta, pengunjung mall, dan masyarakat umum. Mereka tidak hanya memberikan dukungan dengan tepuk tangan, tetapi juga ikut menyanyikan lagu-lagu yang dibawakan. Suasana semakin meriah ketika para peserta mengajak penonton untuk berinteraksi dalam beberapa penampilan kolaboratif.
Dalam sambutannya, Ibu R. Wahyu Panca Wati, Spd, MTh, yang dibacakan oleh Silvi, menyampaikan kebanggaannya atas semangat dan kerja keras para peserta. “Anak-anakku yang luar biasa, hari ini adalah hari di mana kita membuktikan bahwa panggung musik adalah panggung bermain kita. Di sini, kita belajar, berlatih, dan bermain bersama dengan penuh kebahagiaan. Ingatlah, latihan yang rajin dan disiplin adalah kunci untuk meraih kesuksesan,” ujar Silvi membacakan pesan Ibu Wahyu.
Acara ini juga menjadi bukti nyata dari semangat inklusivitas yang diusung oleh Sanggar Musik Waktra. “Kami ingin menunjukkan bahwa setiap anak, terlepas dari keterbatasannya, memiliki hak yang sama untuk bermimpi dan meraih kesuksesan. Melalui musik, kami ingin menciptakan dunia yang lebih inklusif dan penuh penerimaan.” tambah Silvi Agustina.

Dukungan dari berbagai pihak, termasuk Trans Studio Mall Bali, juga menjadi kunci sukses acara ini. “TSM sangat terbuka dan suportif, tidak semua tempat bisa sebaik ini dalam mendukung acara seperti ini,” ungkap Silvi. Atrium TSM dipilih sebagai lokasi latihan karena kemampuannya menampung banyak peserta dan memberikan suasana yang mendekati panggung konser sebenarnya.
Waktra Concert Rehearsal ini menjadi pembuktian solidnya tim Waktra, disaat pendiri sanggar tidak di tempat, sebuah acara bisa tetap diselenggarakan dengan baik. Ini menjadi langkah besar menuju konser besar yang rencananya akan digelar pada April atau Juni mendatang. Dengan semangat kolaborasi dan inklusivitas, acara ini tidak hanya menjadi ajang untuk menunjukkan bakat, tetapi juga sebagai wadah untuk membangun kesadaran akan pentingnya penerimaan dan penghargaan terhadap perbedaan.
“Kami berharap, ke depannya, acara ini bisa menjadi inspirasi bagi banyak pihak untuk terus mendukung dan memberikan kesempatan kepada anak-anak dengan keterbatasan. Mereka adalah bukti nyata bahwa setiap mimpi bisa diraih dengan kerja keras, dukungan, dan semangat yang tak pernah padam,” tutup Silvi.
Dengan kemeriahan dan antusiasme yang terpancar, Waktra Concert Rehearsal berhasil menciptakan momen yang tak terlupakan, membuktikan bahwa musik adalah kekuatan yang mampu menyatukan semua orang, tanpa memandang batas dan keterbatasan. (E’Brv)