Beranda Berita Yayasan Tatar Parahyangan Bali dan Pesraman Sarwa Dharma Denpasar Gelar Ngekeb dan...

Yayasan Tatar Parahyangan Bali dan Pesraman Sarwa Dharma Denpasar Gelar Ngekeb dan Mepetik, Jelang Metatah Bersama

0

DENPASAR – Dunianewsbali.com, Menjelang Puncak Karya Manusa Yadnya Bersama, Yayasan Tatar Parahyangan Bali dan Pesraman Sarwa Dharma Denpasar menggelar Upacara Ngekeb di Jalan Gunung Athena II Depan Villa Athena Padangsambian Kelod, Denpasar, Sabtu, 28 Juni 2025.

Selain Ngekeb, juga dilaksanakan upacara Penyucian Karang, Menek Kelih dan Mepetik dengan Pemuput Karya, yaitu Ida Pandita Mpu Agnijaya Shree Baskara.

Pada kesempatan tersebut, Ni Made Ratnadi, S.E., selaku Ketua Yayasan Tatar Parahyangan Bali Pasraman Sarwa Dharma Denpasar didampingi Pengawas Yayasan Tatar Parahyangan Bali, Nyoman Sukadana menyebutkan, bahwa sebelum melakukan suatu kegiatan suci berupa Metatah Bersama, maka diawali dengan upacara pembersihan ritual secara niskala, yang disebut Ngekeb.

Dipaparkan, bahwa Ngekeb merupakan rangkaian upacara awal bagi anak-anak yang akan melaksanakan upacara Metatah Bersama.

“Itu perlu ritual, yang kemudian dipimpin oleh Ida Sulinggih. Jadi, ada mantra-mantra suci yang sudah diberikan oleh Ida Sulinggih supaya dapat karunia, berkat dan penyucian diri. Nah, jika sudah tenang, besoknya menjalankan acara Metatah itu sudah siap dengan kemurnian,” tegasnya.

Upacara Ngekeb dapat diartikan mengekang diri dari sifat-sifat raksasa yang ada didalam diri sang calon Metatah.

“Setelah Ngekeb, misalnya buah pisang, khan dikekeb terlebih dahulu, sehingga menjadi nasak. Begitu juga anak-anak yang mau Metatah ini. Jadi, besoknya Metatah artinya menghilangkan Sad Ripu atau enam musuh yang ada didalam diri kita,” urainya.

Selain itu, juga dilakukan upacara Menek Kelih sebagai prosesi ritual bagi anak-anak yang menginjak remaja, sebelum prosesi Ngekeb dan Metatah.

“Ritual buat perempuan itu namanya Raja Sewala dan laki-laki namanya Raja Singa,” tuturnya.

Disebutkan, bahwa upacara Manusa Yadnya Bersama merupakan acara tahunan yang dilaksanakan sejak tahun 2006 hingga saat ini.

Baca juga:  Polemik Pemedek dan Pengecekan KTP di Pura Tirtha Harum Serangan Ditepis oleh Tokoh Adat dan Pengempon

“Astungkara, hari ini pelaksanaan upacara berjalan dengan lancar dan baik. Hanya saja waktu Covid-19 kita pernah tidak diadakan dengan melihat situasi dan kondisi pada saat itu,” kata Made Ratnadi.

Menurutnya, upacara Metatah Bersama secara gratis ini totalnya diikuti oleh 100 peserta yang terdiri dari Mepetik, Otonan, Menek Kelih dan Metatah.

“Dari kemarin itu, ada beberapa yang ikut spontanitas, karena kebanyakan dari orang per orang itu acara yang dibuat oleh Yayasan Tatar Parahyangan Bali,” terangnya.

Melalui upacara Metatah Bersama, Made Ratnadi sangat senang sekali membantu bagi masyarakat Bali, khususnya umat Hindu yang memang memerlukan bantuan, untuk meringankan beban umat dari segi dana upacara.

“Karena setiap orang ingin mengikuti upacara, tapi terbentur dana terbatas. Maka dari itulah, kami dengan Tim Yayasan Tatar Parahyangan Bali yang sebelumnya terkenal dengan nama Pasraman Sarwa Dharma Denpasar sangat berterima kasih atas partisipasi masyarakat Bali,” urainya.

Kedepan, Made Ratnadi berharap upacara serupa bisa dilakukan, karena banyaknya support dan saran umat, agar Tatar Parahyangan Bali bersama Pasraman Sarwa Dharma terus melanjutkan program Metatah Bersama setiap tahunnya.

“Kita bisa berdiskusi kepada Tim kami, karena hal ini sifatnya kemanusiaan gotong royong dan sosial. Mudah-mudahan nanti tahun depan kita bisa menyelenggarakan lagi lebih baik dan lebih terorganisir,” harapnya.

Setelah upacara Ngekeb dan Mepetik, besoknya dilanjutkan dengan upacara Meotonan, Menek Kelih, Metatah dan Mejaya-jaya.

“Jadi, besok itu dilakukan upacara Manusa Yadnya secara keseluruhan. Hari ini hanya Mepetik dan Ngekeb,” tambahnya.

Hal senada juga disampaikan Pendiri dan Pengawas Yayasan Tatar Parahyangan Bali, Nyoman Sukadana, yang menyatakan bahwa keberadaan Yayasan Tatar Parahyangan Bali itu tidak mengesampingkan peran Pasraman Sarwa Dharma, yang telah ada sebelumnya, karena hal itu diakui sebagai satu rangkaian yang terjalin erat, lantaran dalam kegiatan sehari-hari tetap menggunakan peran Pasraman Sarwa Dharma Denpasar.

Baca juga:  Pohon Tumbang di Kuta Timpa Mobil, Seorang Ibu Tewas, Anak Selamat

“Jadi, Pasraman Sarwa Dharma tetap berjalan, karena ini sebagai induknya, karena kami kembangkan,” kata Nyoman Sukadana.

Oleh karena itu, Nyoman Sukadana berharap pihaknya terus bergerak dalam bidang sosial dan kemanusiaan.

“Kebetulan Ibu Made Ratnadi selaku Pendiri dan Ketua Yayasan Tatar Parahyangan Bali. Jadi, kami sudah berbadan hukum dan resmi,” tegasnya.

Sementara itu, peserta Metatah Ni Putu Savita Anaya menyatakan senang mengikuti upacara Metatah Bersama yang berfungsi sebagai sarana penyucian diri.

“Itu orangtua juga mendukung saya untuk mengikuti upacara Metatah disini,” kata pelajar yang berasal dari Singaraja bertempat tinggal di Panjer Denpasar.

Hal yang sama juga diungkapkan Dewa Putu Satria Giri Ardita, yang mengikuti upacara Metatah Bersama di Pasraman, yang berlokasi di Jalan Gunung Athena Denpasar.

“Pasraman ini sangat baik dan membuka pintu dengan bagus bagi peserta yang berasal dari luar Denpasar,” kata kata pelajar asal Singaraja, Kabupaten Buleleng yang bertempat tinggal di Kerobokan, Kabupaten Badung.

Peserta Metatah lainnya, pelajar SMA Saraswati Denpasar I Gede Andika Wasudeva Nandana juga berharap bisa bersikap lebih dewasa lagi, setelah turut serta dalam upacara Metatah Bersama. (Red/Ich).