DENPASAR – Dunianewsbali.com, Dalam dunia hukum yang kerap diliputi kontroversi dan tekanan, A.A. Ngr. Sutrisnawan, ST., S.H.—lebih dikenal sebagai Gunkiss—muncul sebagai figur pengacara nyentrik dan tak kenal takut di Bali. Dengan rambut pirang mencolok, gaya eksentrik, dan penampilan penuh percaya diri, ia menjelma menjadi simbol keberanian dan integritas. Julukan “Pemulung Keadilan” disandangnya dengan bangga, menggambarkan dedikasi tanpa batas dalam membela hak-hak klien hingga titik penghabisan.
Berbasis di kantor Gunkiss and Partner’s yang berlokasi di Komplek Perkantoran de’ Black House, Denpasar Utara, pria yang juga menjabat sebagai Ketua LBH Astranawa Bali ini berbagi pandangannya tentang profesi yang ia tekuni dengan penuh semangat, Kamis (17/04/2025).
“Profesi pengacara adalah jabatan mulia officium nobile. Kita tidak hanya membela klien, tapi juga memastikan hukum ditegakkan. Pengacara tak boleh takut, meski ancaman ada di depan mata,” tegasnya.
Gunkiss menekankan bahwa pengacara tidak boleh disamakan dengan klien yang dibela.
“Kami tidak membenarkan kesalahan klien, tetapi hak hukumnya tetap wajib dilindungi. Bahkan seorang pencuri pun berhak atas keadilan,” ujarnya, merujuk pada Pasal 18 Ayat 2 UU No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat.
Menurutnya, ada tiga modal utama yang wajib dimiliki pengacara: kemampuan, kepercayaan, dan keberanian.
Kemampuan: “Ilmu dan kecerdasan hukum harus terus diasah. Belajar adalah proses tanpa akhir,” kata Gunkiss.
Kepercayaan: “Masyarakat akan menilai dari integritas dan rekam jejak kita.”
Keberanian: “Tanpa nyali, kemampuan dan kepercayaan tak berarti. Ancaman dan intimidasi adalah risiko yang harus dihadapi.”
Meski dikenal garang di ruang sidang, Gunkiss mengutamakan penyelesaian damai dalam kasus perdata.
“Musyawarah lebih sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Pengadilan sering kali melahirkan putusan hitam-putih yang bisa merugikan salah satu pihak. Karena itu, jalur non-litigasi lebih kami prioritaskan,” jelasnya.
Ia bahkan menganalogikan proses litigasi dengan “mengejar kambing yang hilang, tapi malah kehilangan sapi”.
“Sidang menguras waktu dan biaya. Kami selalu mencari jalan efisien dan manusiawi,” tambahnya.
Dengan gaya bicara lugas, rambut pirang yang mencuri perhatian, dan semangat membara, Gunkiss tak hanya dihormati di kalangan pengacara, tapi juga dicintai oleh kliennya. Sosoknya mudah dikenali, baik dari penampilan luar maupun prinsip yang ia pegang teguh.
“Walau sulit, jangan pernah menyerah memperjuangkan keadilan. Meski harus menjadi pemulung yang mengais sisa-sisa keadilan, kita tetap harus berjuang demi negeri ini,” pungkasnya sambil tersenyum.
Bagi banyak orang, Gunkiss bukan sekadar pengacara. Ia adalah simbol perjuangan keadilan di Bali—nama yang akan terus diingat oleh siapa pun yang mencari keadilan sejati.(Ich)