DENPASAR – Di tengah krisis lagu anak Indonesia yang semakin terasa dengan maraknya lagu dewasa yang sering didengar anak-anak, Sanggar Musik Waktra mengambil langkah berani.
Dengan program pelatihan penulisan lagu bagi anak-anak, Waktra menjawab tantangan tersebut dengan cara yang inovatif dan inspiratif. Program ini tidak hanya memupuk kreativitas anak-anak, tetapi juga mengembalikan suara mereka dalam bentuk karya yang sesuai dengan zaman mereka.
Puncak dari inisiatif ini adalah peluncuran lagu-lagu karya anak-anak yang digelar di panggung spektakuler Amphitheatre Living World Mall Bali, pada Jumat (15/11/2024).
Acara ini berhasil menarik perhatian publik, dengan penonton memadati kursi hingga memenuhi seluruh amphitheatre.
Krisis Lagu Anak, Tantangan Bagi Generasi Penerus
Selama bertahun-tahun, dunia hiburan Indonesia menghadapi kekurangan lagu-lagu anak berkualitas. Banyak anak-anak yang justru lebih mengenal lagu-lagu dewasa dibandingkan karya yang sesuai dengan usia mereka. Dampaknya, ekspresi dan identitas anak dalam musik menjadi tergeser.
“Lagu anak adalah salah satu cara anak-anak mengenal dunia, budaya, dan nilai-nilai,” ungkap R. Wahyu Panca Wati, S.Pd., M.Th., pendiri Sanggar Musik Waktra, Selasa (14/01/2025)
“Ketika anak-anak kehilangan lagu mereka, kita merampas salah satu bentuk komunikasi mereka dengan lingkungan,” tambahnya.
Program Pelatihan Lagu Anak: Memberi Anak Suara Mereka Kembali
Waktra, yang dikenal sebagai pelopor pendidikan musik inklusi, meluncurkan program pelatihan intensif untuk mengajarkan anak-anak menciptakan lagu mereka sendiri. Lima anak berbakat dipilih melalui proses seleksi, yaitu Komang Gaozhan Evan Darmaditya, Andrea Kezia Hutomo, Clement Timothy Tarigan, Maika Sena Arthayasa, dan Nyoman Reyshia Rahyuda.
Dengan bimbingan langsung dari tim Waktra, anak-anak ini mempelajari dasar-dasar penulisan lagu, mulai dari sejarah musik, sejarah notasi musik,motif, melodi, harmoni, lirik, rekaman digital, hingga struktur lagu yang sesuai untuk anak seusia mereka. Hasilnya ?
Lima lagu unik yang mencerminkan perspektif dan kreativitas anak-anak Indonesia di era digital.
“Saya tidak menyangka anak-anak ini memiliki pemahaman mendalam tentang apa yang ingin mereka sampaikan.
Mereka bicara tentang flora, fauna, cinta kepada ibu, hingga pandangan mereka tentang jiwa kepahlawanan. Mereka ingin suara mereka didengar, dan kami di Waktra hanya menjadi fasilitator untuk itu,” ujar perempuan yang akrab dipanggil ibu Wahyu ini.
Peluncuran di Panggung Spektakuler
Lagu-lagu hasil program ini diluncurkan secara resmi dalam sebuah acara yang dirancang megah dan inspiratif. Dihadiri ratusan penonton, termasuk keluarga, komunitas seni, komunitas anak disabilitas, dan masyarakat umum, acara ini menjadi bukti bahwa karya anak-anak mampu berdiri sejajar di panggung besar.
Para pencipta lagu cilik tampil membawakan karya mereka dengan percaya diri, dengan layer lebar menampilkan visual lagu yang dirancang dengan apik. Sorakan meriah penonton membuktikan bahwa lagu-lagu ini berhasil menyentuh hati banyak orang.
Salah satu lagu favorit penonton adalah “ Bungaku yang Cantik” karya Andrea Kezia Hutomo, yang mengajak anak-anak untuk menghargai dan mengagumi indahnya bunga melati. Lagu ini membawa pesan ringan, ceria, namun penuh makna, sesuai dengan dunia anak-anak.
Selain itu ada lagu; Bunga Mawar (Komang Goazhan Evan Darmaditya), Bunga Mawar Indah (Nyoman Reyshia Rahyuda), Kucing Besar dan Kucing Kecil (Clement Timothy Tarigan), Sang Surya (Maeka Sena Arthayasa) dan We Are Heroes.
Dukungan dari Platform Musik Global
Sebagai bagian dari strategi mempromosikan karya anak Indonesia, lagu-lagu ini kini tersedia di berbagai platform musik global, termasuk Spotify, Apple Music, dan lainnya. Langkah ini membuka peluang bagi anak-anak Indonesia untuk dikenal di panggung dunia.
“Melalui platform digital, anak-anak ini tidak hanya berbicara pada teman sebaya di Indonesia, tetapi juga menginspirasi dunia,” ucap Wahyu.
Masa Depan Lagu Anak
Program ini tidak hanya berhenti di sini. Wahyu dan tim Waktra berencana melanjutkan pelatihan bagi lebih banyak anak, serta menggandeng lebih banyak komunitas, para ahli, dan lembaga pendidikan untuk menciptakan ekosistem lagu anak yang berkelanjutan.
“Misi kami adalah memastikan bahwa setiap anak punya lagu yang bisa mereka banggakan, yang berbicara tentang dunia mereka,” tegas Wahyu.
Melalui kerja nyata Waktra, krisis lagu anak di Indonesia menemukan jawaban.
Dengan memberikan anak-anak kesempatan untuk menciptakan lagu mereka sendiri, Waktra telah membuka jalan bagi masa depan musik anak-anak yang cerah, relevan, dan penuh makna.
“Lagu anak adalah cermin generasi. Jika kita ingin melihat masa depan yang lebih baik, kita harus memastikan bahwa cerminnya bersih, cerah, dan berbicara tentang harapan,” pungkas Wahyu.
Hal ini mengingatkan kita akan pentingnya memberi ruang bagi anak-anak untuk berekspresi. Lagu anak bukan hanya sekedar hiburan, ini adalah cerminan generasi.
Mari kita peduli, karena lagu anak adalah warisan budaya yang harus dijaga. (Tim-08)