Beranda Ekonomi Danantara Diluncurkan, Saham Terkoreksi Apa Penyebabnya?

Danantara Diluncurkan, Saham Terkoreksi Apa Penyebabnya?

0

Oleh Prof. Dr. Ida Bagus Raka Suardana, SE.,MM. – Dekan Fak. Ekonomi & Bisnis (FEB) Undiknas Denpasar

Peluncuran Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) pada 24 Februari 2025 oleh Presiden Prabowo Subianto menandai langkah strategis pemerintah Indonesia dalam mengelola aset negara. Dengan proyeksi dana awal mencapai US$20 miliar, Danantara diharapkan menjadi salah satu badan pengelola investasi terbesar di dunia. Namun, alih-alih memicu euforia di pasar modal, peluncuran ini justru diiringi dengan koreksi pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan saham-saham Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Pada hari peluncuran, IHSG dibuka menguat 13,582 poin atau 0,20% ke level 6.816,584. Namun, hingga penutupan, IHSG justru melemah 53,40 poin (0,78%) ke level 6.749,60. Koreksi ini juga tercermin pada saham-saham BUMN yang menjadi bagian dari portofolio Danantara. Misalnya, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mengalami penurunan, sejalan dengan kekhawatiran investor terhadap kebijakan dividen dan perubahan struktur kepemilikan.

Sebelum peluncuran, terdapat ekspektasi positif terhadap pembentukan Danantara. Hal ini tercermin dari penguatan indeks saham BUMN 20 yang meningkat 1,42% menuju level 338,29 pada 14 Februari 2025. Namun, menjelang peluncuran, saham-saham bank BUMN seperti BBRI justru terkoreksi. Koreksi ini dipicu oleh kekhawatiran investor mengenai potensi perubahan kebijakan dividen setelah kepemilikan beralih ke Danantara. Sejak tahun buku 2021, BBRI rutin membagikan lebih dari 80% labanya sebagai dividen. Dengan adanya perubahan struktur kepemilikan, investor khawatir rasio pembayaran dividen ini akan berkurang.

Selain itu, penundaan rapat umum pemegang saham (RUPS) bank-bank BUMN juga menambah ketidakpastian di kalangan investor. RUPS yang semula dijadwalkan pada awal Maret 2025 diundur ke akhir Maret, diduga terkait dengan peluncuran Danantara. Perubahan jadwal ini menimbulkan spekulasi mengenai arah kebijakan perusahaan pasca pembentukan Danantara, yang pada akhirnya mempengaruhi sentimen pasar.

Baca juga:  Bali SPA Bersatu Suarakan Keresahan Para Pegiat Usaha SPA Bali

Kredibilitas dan independensi manajemen Danantara juga menjadi sorotan. Analis menekankan pentingnya pemilihan pemimpin yang profesional dan bebas dari afiliasi politik untuk memastikan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan investasi. Jika posisi strategis ini diisi oleh individu dengan hubungan politik atau afiliasi birokrasi tanpa keahlian yang memadai, risiko moral hazard dapat meningkat, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi stabilitas IHSG dan nilai tukar rupiah.

Meskipun terdapat kekhawatiran, beberapa pihak optimis bahwa peluncuran Danantara akan memberikan dampak positif dalam jangka panjang. Banyak yang meyakini bahwa setelah peluncuran resmi Danantara, saham-saham BUMN akan mengalami rebound. Keyakinan ini didasarkan pada harapan bahwa Danantara akan meningkatkan efisiensi dan daya saing BUMN di kancah global.

Secara keseluruhan, meskipun peluncuran Danantara bertujuan untuk memperkuat pengelolaan aset negara dan meningkatkan daya saing BUMN, respons awal pasar menunjukkan adanya kekhawatiran dan ketidakpastian. Faktor-faktor seperti potensi perubahan kebijakan dividen, penundaan RUPS, dan kredibilitas manajemen menjadi pertimbangan utama bagi investor. Oleh karena itu, transparansi dalam implementasi dan komunikasi yang jelas mengenai strategi Danantara sangat diperlukan untuk mengembalikan kepercayaan investor dan memastikan stabilitas pasar modal Indonesia. (***)