Beranda Berita Waktra Serenade 2025: Saat Musik Menyatukan Hati Tanpa Batas

Waktra Serenade 2025: Saat Musik Menyatukan Hati Tanpa Batas

0
Para peserta konser musik Waktra Serenade berphoto bersama

DENPASAR – Gemerlap lampu panggung Sri Wedari Roof Garden, Living World Mall, menyambut sebuah momen istimewa, dimana puluhan anak dengan beragam latar belakang, ada yang menggunakan kursi roda, beberapa anak penyandang Down Syndrome, anak-anak Autis beserta anak-anak non-disabilitas berdiri berdampingan dengan senyum mereka, dalam acara Konser Waktra Serenade, Kamis (01/05/2025)

Sorot lampu panggung menyinari wajah-wajah penuh semangat. Sorak-sorai riuh menggema ketika puluhan anak ini melangkah percaya diri di atas panggung Waktra Serenade. Ada yang menggenggam mikrofon erat-erat, ada yang menari mengikuti irama, sementara yang lain tersenyum lebar siap memainkan alat musik mereka.

Ketika musik dimulai, semua keraguan seolah lenyap. Mata mereka berbinar, suara mereka bersatu dalam harmoni, dan gerakan mereka penuh keyakinan. Beberapa bahkan menambahkan gerakan improvisasi, membuat penonton tersenyum haru.

Usai pertunjukan, pelukan dan tepuk tangan mereka rasakan bukan sebagai pujian biasa, melainkan sebagai bukti: “Kami berhasil!”
<span;>Sorak-sorai bahagia terdengar, “Tadi suaraku keras, kan?”, “Aku tidak lupa liriknya!”, kata-kata polos yang mencerminkan kebanggaan murni.

R. Wahyu Panca Wati, pendiri Sanggar musik inklusi Waktra, menjelaskan filosofi sederhana di balik acara ini. “Di sini, kami tidak membedakan disabilitas atau non-disabilitas. Yang ada hanya anak-anak yang sedang jatuh cinta pada musik,” ujarnya. Panggung sengaja dirancang sebagai ruang aman di mana setiap peserta bisa mengekspresikan diri tanpa rasa takut.

Antusiasme peserta menjadi bukti kesuksesan acara ini. Usai konser, banyak dari mereka yang bertanya kapan mereka bisa tampil lagi. “Inilah tujuan kami: membuat mereka jatuh cinta pada proses, bukan takut,” tambah Wahyu.

Filosofinya sederhana, panggung harus menjadi tempat di mana anak-anak merasa bebas, berani, dan yang paling penting mereka bisa merasakan kegembiraan tanpa beban.

Baca juga:  Pos Salore Satgas Yonif 741/GN Laksanakan Karya Bakti Perbaikan Jembatan di Daerah Perbatasan

Konser ini mengajarkan beberapa pelajaran berharga yakni, setiap anak memiliki hak yang sama untuk bersinar, perbedaan justru menciptakan harmoni yang indah dan dengan dukungan yang tepat, potensi setiap anak bisa berkembang maksimal.

“Musik mengajarkan kita bahwa setiap individu istimewa dengan caranya sendiri,” tutup Wahyu, sambil menyaksikan para peserta saling berpelukan. Malam itu, panggung tidak hanya mempersatukan nada-nada, tetapi juga hati yang penuh harapan.

Konser Waktra Serenade 2025 ini bukanlah sekadar pertunjukan biasa. Ini adalah perayaan inklusi sejati, hasil kolaborasi apik antara Sanggar Musik Inklusi Waktra, SLBN 3 Denpasar dan Bali Choir.

Ni Ketut Adi Parwati, Wakil Kepala SLBN 3 Denpasar, tak bisa menyembunyikan rasa bangganya. “Meski baru dimulai pertengahan Januari, kelas ekstrakurikuler menyanyi kami yang dibina bu Wahyu, sudah menunjukkan hasil luar biasa,” ujarnya.

“Yang paling membahagiakan, dalam waktu dua bulan saja mereka sudah berani tampil bersama anak-anak non-difabel. Ini bukti nyata inklusi,” tambah Adi Parwati.

Dirinya menceritakan pengalaman dari putrinya, Ocha, yang non di fabel, kini semakin semangat mendalami vocal dan percaya diri mengembangkan bakat menyanyi.

Sementara itu, Evi Risni Herdiyani, Ketua Pengurus Bali Choir, membagikan kisah inspiratif anaknya, Lanang. “Dulu dia sulit berbicara jelas dan tidak percaya diri. Sekarang, selain bisa mengaji dengan nada yang tepat, dia bahkan berani ikut lomba menyanyi dan memainkan triangle di panggung,” ungkap Evi dengan mata berkaca-kaca.

Waktra Serenade 2025 menjadi bukti nyata bahwa ketika kita memberikan kesempatan dan kepercayaan, setiap anak tanpa terkecuali mereka akan mampu menciptakan keajaiban. Seperti orkestra yang indah, berasal dari alat instrumen yang berbeda, begitulah seharusnya masyarakat melihat, beragam namun selaras.

Baca juga:  Lakukan Pengembalian Denda dan Uang Pengganti, Winasa Tunggu Proses Hirup Udara Bebas

Malam itu, mereka membuktikan satu hal: dalam bahasa musik, semua anak adalah setara. (Tim-08)