GIANYAR – Dunianewsbali.com, Festival Mi-Reng 2025: New Music for Gamelan berlangsung di Gedung Kompas Gramedia Ketewel (Open Stage), Kabupaten Gianyar, 2-6 Agustus 2025.
Hari keempat Festival Mi-Reng: New Music for Gamelan 2025 akan menampilkan dua ansambel gamelan progresif yang dikenal sebagai pelopor inovasi dalam eksplorasi musik kontemporer: Gamelan Salukat dan Gamelan Yuganada. Keduanya hadir dengan pendekatan artistik yang berbeda, namun berangkat dari semangat yang sama: merayakan penciptaan bunyi yang berpijak pada tradisi, namun berani menembus batas menuju cakrawala ekspresi baru, sebuah kesinambungan sekaligus lompatan dari pakem yang mapan.
Konser akan diawali oleh Gamelan Yuganada, kelompok yang dipimpin oleh I Wayan Sudirana. Melalui dua komposisi bertajuk Banang I dan Banang II, Yuganada memadukan prinsip matematis fraktal dengan pola ritmis gamelan Bali. “Saya tertarik pada bagaimana struktur gamelan bisa berkembang secara rekursif, seperti fraktal yang terus berulang namun selalu menghadirkan bentuk baru,” ungkap Sudirana. Eksplorasi ini, menurutnya, bukan untuk meninggalkan tradisi, melainkan menggali ruang-ruang reflektif di dalamnya.
Sebagai komponis sekaligus etnomusikolog, Sudirana telah mengembangkan pendekatan yang unik dalam memadukan struktur tradisional gamelan dengan logika fraktal. Ia baru saja meraih Piala Citra FFI 2025 sebagai Penata Musik Terbaik lewat film Samsara karya Garin Nugroho, melanjutkan rekam jejaknya sebagai representasi kebaruan gamelan Bali di panggung internasional seperti Seoul, Melbourne, dan Kuala Lumpur.
Sebagai puncak Ritus Cipta, Gamelan Salukat akan menampilkan empat karya terpilih dari Dewa Alit: Likad, Siklus, Ngejuk Memedi, dan karya terbarunya, Baur Bentur. Didirikan pada 2007, Salukat dikenal dengan sistem pelarasan dan instrumen yang dirancang khusus oleh Dewa Alit. “Bagi saya, gamelan bukan sekadar alat musik, melainkan medan ide tempat lahirnya bahasa bunyi baru tanpa tercerabut dari akar,” ujarnya.
Setiap komposisi menyimpan konteks sosial dan filosofis yang mendalam. Likad lahir dari keresahan selama pandemi dan diolah dengan struktur ritmis yang dinamis. Siklus merefleksikan kehidupan agraris Bali, sementara Ngejuk Memedi menyentuh ketegangan antara kepercayaan primitif dan modernitas. Penampilan ditutup dengan Baur Bentur, kolaborasi antara Salukat Remaja dan pianis Sri Hanuraga, yang menciptakan dialog antara pelarasan gamelan dan piano modern.
Gamelan Salukat hadir sebagai wujud evolusi gamelan, dengan pendekatan radikal namun tetap menghormati nilai-nilai tradisi Bali. Sebagai komposer yang dikenal secara internasional, karya-karya Dewa Alit telah tampil di berbagai festival dunia seperti Roskilde Festival (Denmark), Rewire Festival (Belanda), dan Borealis Festival (Norwegia), menjadikan Salukat sebagai salah satu representasi paling progresif gamelan Bali masa kini.
Meski menempuh jalur berbeda, Salukat melalui penciptaan sistem gamelan baru, dan Yuganada melalui dekonstruksi pola ritmis berbasis fraktal, keduanya menunjukkan bahwa gamelan dapat menjadi medium terbuka bagi eksplorasi bunyi yang relevan dengan semangat zaman.
Festival Mi-Reng berlangsung pada 2–6 Agustus 2025 di Gedung Kompas Gramedia Ketewel, Gianyar. Ajang ini menjadi wadah bagi para musisi dan komposer untuk mendekonstruksi sekaligus merekonstruksi gamelan dalam bentuk-bentuk baru. Didukung oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia melalui Dana Indonesiana dan LPDP, festival ini mengangkat tema “Mendengar Dalam Diam”, sebuah ajakan untuk menyimak ulang gamelan dengan kesadaran penuh terhadap keberanian mencipta.
Dengan menampilkan Salukat dan Yuganada, hari keempat Festival Mi-Reng menjadi ruang reflektif bagi publik untuk menyaksikan dua pendekatan inovasi yang lahir dari pemahaman mendalam terhadap tradisi. Di sini, gamelan tidak sekadar didengar, tapi direnungkan sebagai wacana yang hidup dan terus berkembang.
Festival Mi-Reng 2025 diselenggarakan oleh Mi-Reng Festival dengan dukungan dari Kementerian Kebudayaan RI, serta LPDP melalui Dana Indonesiana. Festival ini juga menjalin kolaborasi dengan Museum Wiswakarma, Bentara Budaya Bali, dan sejumlah komunitas seni di Bali.
Pada Concert Series Mi-Reng 2025, tampil 11 ensemble terpilih:
CIRAT, Gamelan Nata Swara, Gamelan Salukat, Gamelan Yuganada, [HA] N.N, KADAPAT, LAS Ensemble, Linggar Prakerti, Palwaswari, Roras Ensemble, dan Sekaa Black Kobra.
Masing-masing grup menyajikan karya baru yang mengeksplorasi pelarasan, bentuk, hingga pendekatan interdisipliner. Beberapa memadukan gamelan dengan unsur elektroakustik dan sintesis digital. Dalam konteks ini, gamelan tidak lagi hanya sebagai instrumen, tetapi sistem musikal dan spasial yang terbuka untuk diurai ulang dan dibangun kembali dalam semangat kekinian.
Pembukaan Festival: Penghormatan untuk Maestro
Festival Mi-Reng resmi dibuka pada 2 Agustus petang di Kompas Gramedia Ketewel, diawali dengan persembahan khusus bertajuk “Tribute to I Gusti Putu Made Geria (1906–1983)”, maestro gamelan Bali modern yang pengaruhnya masih terasa kuat, baik dalam praktik seni maupun dunia akademik.
Acara pembuka ini menjadi bagian dari Ritus Cipta, menampilkan karya-karya gamelan terkini selama lima hari berturut-turut. Pembukaan dimeriahkan oleh penampilan Sekaa Gamelan Linggar Prakerti dari Kaliungu Kaja, Denpasar.(Tim)